Terungkap Cara China Siksa Muslim Uighur di Penjara dan Skema Cuci Otak Massal, Dokumen Bocor
Sebuah dokumen bocor mengungkapkan bagaimana China melakukan "cuci otak" sistemik terhadap Muslim Uighur di kamp penjara.
Memo itu menunjukkan bagaimana para tahanan baru dilepaskan jika menunjukkan perubahan dalam perilaku, bahasa, hingga kepercayaan.
"Tunjukkan betapa berbahayanya bagi para siswa mengenai ilegal, berbahaya, dan jahatnya perilaku masa lalu mereka," ujar memo itu.
Ben Emmerson QC, pengacara HAM sekaligus penasihat Kongres Uighur Dunia, berujar bahwa kamp itu berusaha mengubah identitas seseorang.
"Sangat sulit tak melihatnya sebagai sebagai skema cuci otak massal yang didesain dan diarahkan ke keseluruhan etnis," papar Emmerson.
Dia menegaskan, kamp penjara itu secara khusus digunakan untuk menyapu Muslim Uighur dari Xinjiang sebagai bagian kultural yang berbeda di bumi ini.
Kamp Rahasia China
Dalam dokumen bocor itu, setiap penghuni bakal mendapat poin jika menunjukkan perubahan perilaku, studi, hingga disiplin.
Sistem punishment-and-reward itu dilakukan untuk menentukan tahanan mana yang boleh bertemu keluarganya atau dilepaskan.
Mereka baru dipertimbangkan untuk dibebaskan setelah 4 anggota Partai Komunis China melihat perubahan dalam diri mereka.
Laporan itu menyebutkan bagaimana Beijing menggunakan pengawasan dan kebijakan program prediksi untuk menganalisis data pribadi.
Satu dokumen menyatakan, terdapat 1,8 juta orang ditandai karena mereka mempunyai aplikasi berbagi data bernama Zapya.
Otoritas memerintahkan agar 40.557 di antaranya "dicek satu per satu", dengan peluang untuk dikirim ke kamp konsentrasi.
Laporan itu juga menunjukkan bagaimana Beijing meminta supaya melacak orang Uighur yang sudah berstatus warga negara lain dan menangkap mereka jika perlu.
Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiamong, menegaskan, langkah itu sudah melindungi warga lokal, dan mengklaim tak ada aksi teroris di Xinjiang dalam 3 tahun terakhir.
"Kawasan itu pun menikmati stabilitas sosial dan persatuan di antara kelompok etnis. Orang-orang di sana bahagia karena aman," katanya memaparkan.
