Komandan Kopassus Perintahkan Terjun Tempur Kejar Komunis, 'Jika Ada yang Mati Aku Tanggung Jawab'
Kopassus disebut-sebut sebgai pasukan Asia Tenggara pertama yang mampu membunuh anggota pasukan Special Air Service (SAS) pada Operasi Dwikora
Komandan Kopassus Perintahkan Terjun Tempur Kejar Komunis, 'Jika Ada yang Mati Aku Tanggung Jawab'
Sintong Panjaitan saat itu merupakan Komandan Satgas 42/Kopassandha yang ditugaskan menggantikan Satgas 32/Kopassandha dan Kompi A Yonif 412 Kodam VII/Diponegoro.
===
TRIBUNPEKANBARU.COM - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang merupakan Komando Utama TNI AD menjadi satu diantara pasukan TNI yang memiliki segudang pengalaman bertempur.
Nama Kopassus melambung berkat berbagai operasi militer dan peperangan yang telah mereka jalani.
Kopassus disebut-sebut sebgai pasukan Asia Tenggara pertama yang mampu membunuh anggota pasukan Special Air Service (SAS) pada Operasi Dwikora saat Indonesia bersitegang dengan Malaysia.
Pada saat konfrontasi dengan Malaysia tersebut, negeri jiran yang merupakan anggota persemakmuran Inggris dibantu oleh pasukan SAS.
SAS merupakan pasukan paling berbahaya dan menduduki peringkat pertama pasukan paling ditakuti di dunia.
 
Nama Kopassus juga terangkat saat operasi pembebasan pesawat Garuda Woyla rute Jakarta-Medan yang disandera oleh pembajak.
Aksi tiga menit mereka melumpuhkan penyandera membuat dunia tercengang dengan kehebatan Korps Baret Merah.
Satu diantara operasi militer yang dilakukan Kopassus yakni saat pemberantasan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS), Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) yang berhaluan komunis.
Pasca G30 S/PKI pasukan-pasukan tersebut diminta untuk menyerahkan senjata mereka dan kembali ke Serawak Malaysia, namun permintaan tersebut mereka tolak dan melakukan perlawanan.
Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopasandha) yang sekarang bernama Kopassus ditugaskan untuk mengejar para pemberontak tersebut.
Penerjunan 9 Perwira Remaja
Tribunjambi.com mengutip dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Pra Komando tulisan Hendro Subroto pada awal bulan Desember 1972, Mako Kopassandha, Cijantung, baru saja menerima laporan selesainya pendidikan sembilan perwira remaja di Pusat Pendi dikan Kopassandha di Batujajar, Jawa Barat.

 
			
 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											