Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

AS Harus Terima Balasan yang Sesuai, Tanggapan Pejabat Iran Atas Tewasnya Jenderal Qasem Soleimani

Dalam wawancara dengan CNN, penasihat militer Khamenei, Brigadir Jenderal Hossein Dehghan mengusulkan respons atas serangan AS.

Editor: Nurul Qomariah
twitter.com/ur_khamenei
Komandan Pasukan Quds Iran, Qasel Soleimani (kiri) dan Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei (kanan).(twitter.com/ur_khamenei) 

TRIBUNPEKANBARU.COM, TEHERAN - Seorang pejabat Iran berkata, tanggapan paling pas terhadap AS adalah militer setelah jenderal Qasem Soleimani tewas diserang. Soleimani tewas bersama dengan wakil pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, pada Jumat pekan lalu (3/1/2020).

Komandan Pasukan Quds itu terbunuh setelah konvoi mobil yang ditumpanginya dihantam rudal di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

AS melalui Pentagon mengakui mereka bertanggung jawab atas serangan itu, dan menyebut Qasem Soleimani merencanakan serangan terhadap warga AS. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan, dia berjanji bakal membalas tewasnya jenderal 62 tahun itu.

Dalam wawancara dengan CNN, penasihat militer Khamenei, Brigadir Jenderal Hossein Dehghan mengusulkan respons atas serangan AS.

"Tanggapan yang paling tepat adalah militer, dan tentu saja menyasar target militer," ujar Dehghan dilansir AFiP Minggu (5/1/2020).

Di Masjid Jamkaran, Kota Suci Qom, Iran mengibarkan bendera merah yang kemudian disiarkan oleh stasiun televisi lokal.

Dalam tradisi Syiah, bendera merah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan panggilan untuk membalas kematian seseorang.

Konon, peristiwa serupa pernah terjadi ketika tokoh Syiah, Imam Hussain, tewas dalam Pertempuran Karbala, 680 Masehi. Saat itu, bendera tersebut tidak diturunkan hingga kematian Imam Hussain dibalaskan, sesuai dengan tradisi yang mereka anut.

Dalam konferensi pers, juru bicara luar negeri Abbas Mousavi menyebut Iran tidak berniat untuk memulai peperangan.

"Namun kami siap dalam situasi apa pun," tegasnya menambahkan, keputusan sikap mereka tergantung kepada para pimpinan."

Namun dalam wawancaranya dengan CNN, Dehghan menuturkan bahwa adalah AS yang sudah menyulut peperangan dengan membunuh Qasem Soleimani.

Bendera Merah dikibarkan oleh Iran pasca penyerangan Jendral Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat.
Bendera Merah dikibarkan oleh Iran pasca penyerangan Jendral Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat. (Twitter @SiffatZahra)

"Karena itu, mereka harus menerima balasan yang sesuai dengan tindakan mereka," ujar mantan menteri pertahanan itu. "Satu-satunya cara untuk menghentikan ini adalah AS menerima dampak seperti yang sudah kami rasakan sebelumnya," ancamnya.

Kematian Soleimani begitu mengejutkan. Pasalnya di Iran, dia dianggap pahlawan dan digadang sebagai penerus Khamenei. Irak menyikapi serangan tersebut dengan parlemennya mengeluarkan resolusi yang berisi seruan agar pasukan AS keluar dari negara mereka.

Presiden Donald Trump merespons seruan tersebut dengan ancaman bakal menjatuhkan sanksi yang "membuat hukuman Iran seolah recehan".

Iran Bersumpah Balas Dendam

Sejumlah pejabat Iran, termasuk pemimpin tertingginya, bersumpah balas dendam setelah jenderal top mereka tewas diserang AS. Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds yang merupakan sayap Garda Revolusi, terbunuh di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Dia tewas bersama wakil kepala organisasi paramiliter Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis, dalam rentetan serangan rudal.

Dalam kicauan di akun Twitter, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengumumkan tiga hari berkabung atas kematian Qasem Soleimani.

"Dia mati syahid setelah upayanya yang tidak kenal lelah selama bertahun-tahun," ucap Khamenei dilansir AFP Jumat (3/1/2020).

Khamenei menyatakan, dengan kehendak Tuhan, segala pekerjaan maupun langkah komandan 62 tahun itu tidak akan sia-sia.

" Balas dendam yang sangat menyakitkan menunggu para kriminal yang telah menumpahkan darah para martir itu di tangan mereka," ancamnya.

Pemimpin tertinggi itu mengklaim, segala pihak yang berseberangan dengan AS bakal siap untuk membalaskan kematian Soleimani. "Kehilangan jenderal kami memang pahit. Namun meneruskan perjuangannya dan mencapai kemenangan bakal membuat para penjahat getir," janjinya.

Senada dengan Khamenei, Presiden Hassan Rouhani menyatakan, kematian Soleimani yang disebutnya "syahid" telah menghancurkan negara di Timur Tengah.

"Tidak diragukan lagi Bangsa Iran yang besar dan negara bebas lain bakal balas dendam atas kejahatan ini," tegasnya.

Ratusan Tentara AS akan Diterjunkan ke Timur Tengah, Menyusul Kedutaan Besar AS di Irak Diserang

Perbandingan Kekuatan Militer Amerika Serikat vs Iran, Siapa Menang Kalau Perang Dunia III Terjadi?

Khawatir Balasan Iran, Trump Kirim Pasukan Tambahan ke Timur Tengah, Warga AS Gelar Demo Antiperang

Sementara Menteri Pertahanan Amir Hatami, yang juga komandan Pasukan Quds, berjanji pembalasan yang datang bakal "mengerikan".

"Kami akan menuntut pembalasan dari mereka yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pembunuhannya," janjinya dikutip Sky News.

Soleimani dan Muhandis tewas bersama enam orang lainnya, ketika konvoi kendaraan mereka diserang oleh rentetan rudal. Pentagon mengumumkan, mereka memang menggelar serangan yang membunuh Soleimani "atas arahan" dari Presiden Donald Trump.

"Atas arahan presiden, militer AS menggunakan tindakan penting dengan membunuh Qasem Soleimani, Kepala Pasukan Quds," ujar Pentagon. Pentagon menyatakan, perwira berpangkat Mayor Jenderal itu secara aktif merencanakan serangan terhadap diplomat maupun militer AS di Timur Tengah.

"Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds bertanggung jawab atas kematian ratusan warga AS maupun koalisi, serta ribuan orang yang terluka," jelas Pentagon.

Washington menjelaskan, perwira tinggi berusia 62 tahun itu mendalangi serangan terhadap markas mereka di Irak. Termasuk, serangan roket yang menewaskan seorang kontraktor sipil AS di wilayah Kirkuk akhir Desember 2019.

"Amerika Serikat akan terus melanjutkan segala tindakan untuk melindungi warga dan kepentingan kami di mana pun mereka berada," tegas Pentagon.

Sementara Presiden Donald Trump merilis gambar bendera AS dalam kicauannya di Twitter menyusul kematian komandan top Iran itu. Serangan itu terjadi tiga hari setelah massa yang merupakan pendukung Hashed menyerbu Kedutaan Besar AS di Baghdad. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved