Virus Corona Masuk ke PAPUA, KKB OPM Mencak-mencak Ketakutan Dengan Musuh Tak Kasat Mata

Data dari pemerintah pada Minggu (22/3/2020), sudah ada dua kasus positif virus Corona di Papua.

Facebook TPNPB
Virus Corona Masuk ke PAPUA, KKB OPM Mencak-mencak Ketakutan Dengan Musuh Tak Kasat Mata 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Jumlah persebaran wilayah kasus penularan Covid-19 terus meluas. 

Perlahan tapi pasti, wabah yang awalnya hanya terjadi di Jawab Barat dan Jakarta, saat ini sudah memasuki Papua.

Dikutip dari kompas .com berdasarkan update data dari pemerintah pada Minggu (22/3/2020), sudah ada dua kasus positif virus Corona di Papua.

Masuknya Virus Corona ke Papua bakal menjadi tantangan berat bagi pemerintah di Indonesia. 

Sebab, pemerintah harus bergerak cepat memutus mata rantai penyebran Virus Corona di daerah yang minim infrastruktur tersebut di bawah teror KKB OPM.

Ilustrasi Virus Corona
Ilustrasi Virus Corona (Rizqy Nur Amalia / GridHEALTH.id)

Masuknya Virus Corona di Papua tentunya bakal menjadi ancaman baru bagi warganya. Tak terkecuali Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) OPM. 

Sebab, KKB OPM dipastikan tidak memiliki obat atau alat tes untuk memeriksakan seluruh anggotanya.

Kerisauan KKB OPM terlihat pada narasi propaganda mereka yang diunggah di akun Facebook Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

Dalam propagandanya tersebut KKB OPM juga mengkritisi pemerintah Indonesia yang tetap membuka akses masuk ke Indonesia dengan tetap membuka bandara dan pelabuhan.

KKB OPM menuding Indonesia menganggap remeh wabah virus Corona dan melarang lockdown daerah di Indonesia.

ANGGOTA Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua
ANGGOTA Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua (istimewa)

Berikut propaganda KKB OPM seperti yang dikutip dari akun Facebook TPNPB: 

Sekali lagi, Bubarkan NKRI!

Itu solusinya, karena terbukti Indonesia sudah tidak mampu tangani Virus Corona sejak dini dan setelah penyebaran. NKRI hanyalah proyek ekonomi kapitalis (imperialis), karenanya Jakarta malas tahu dengan ancaman kemanusiaan.

Elit penguasa Jawa tidak akan pernah sanggup mengurus bangsa-bangsa Nusantara. Urus Jawa, bahkan Ibukota negara saja tak sanggup, terbukti laju korban Covid-19 tertinggi kedua dunia, dengan sistem kesehatan dan penanganan terburuk.

Lihat Singapura, satu dari bangsa Nusantara yang terpisah, walau angka positif tinggi tapi nol angka kematian. Begitu juga Malasyia, begitu juga PNG, dll. Negara kecil tapi tingkat proteksi dan penanganannya luar biasa. Tingkat kendali yang luar biasa.

NKRI yang luas, tingkat kendali pusat yang lemah, sistem kesehatan buruk, apalagi resim berganti resim yang anti kemanusiaan, yang hanya jual bangsa-bangsa Nusantara sebagai lahan exploitasi kapitalis, terjajah secara ekonomi dibawa kendali utang, adalah ironi dan malapetaka.

Jadi marilah pisah dan menentukan nasib bangsanya sendiri-sendiri agar bisa mengurus bangsanya sendiri. Itu mesti jadi upaya selamatkan manusia dan tanah airnya masing-masing tanpa kontrol satu bangsa Jawa. Apa artinya NKRI tanpa makna pembebasan manusia (bangsa).

Apa tidak gila, saat ancaman nyawa Covid-19 Jakarta sibuk debat Omnibus Law, drop militer habiskan APBN proteksi Freeport, lalu anggap remeh buka akses udara laut. Lalu larang lockdown daerah di Indonesia. Barangkali ini kebijakan pemerataan Covid-19 di seluruh Indonesia.

Jadi apakah NKRI masih penting dari nyawa manusia bangsa-bangsa di Nusantara yang terancam? Sa kira bubarkan NKRI itulah solusi agar setiap bangsa dapat melindungi dan memproteksi manusia dan tanah airnya sendiri tanpa kontrol satu bangsa Jawa.

Mari aktifkan akal sehat!

"Victor Yeimo" "Jubir Internasional KNPB"

Kekhawatiran penyebaran Virus Corona di Papua juga diungkapkan oleh tersangka yang berstatus buronan polisi,  Veronica Koman.

Dilansir Gridhot dari akun Facebook Veronica Koman, ia merasa khawatir dengan efek virus corona di Papua.

Dikatakannya pada unggahannya pada Sabtu (14/3/2020) bahwa kekhawatirannya berkaitan dengan depopulasi jumlah orang di Papua yang tentu membuatnya menjadi teramat penting.

Apalagi menurutnya, secara global efek pandemik terhadap masyarakat adat selalu lebih buruk dibanding masyarakat biasa.

Veronica Koman bahkan membandingkannya dengan pandemik influenza tahun 1918.

"Pandemik influenza tahun 1918 menewaskan 19% - 22 % total penduduk Samoa Barat, Fiji = 5.2%, Tonga = 4.2% - 8.4%, Guam = 4.5%, Tahiti = 10%. Kita belum tahu kekuatan tubuh orang Pasifik dalam menghadapi Covid-19," tulis perempuan yang kini menjadi buronan itu.

Veronica Koman juga mengungkapkan bahwa kesadaran kesehatan masyarakat Papua itu terburuk di Indonesia.

Baca Juga: Warganet Sampai Bingung Sendiri, Pasien Corona yang Sembuh Dibuatkan Pesta Seremonial Hingga Dihadiahi Jamu: Lha Katanya Social Distancing Kok Ngadain Acara

"Hak atas kesehatan masyarakat Papua itu terburuk di Indonesia, urus penyakit umum saja setengah mati, apalagi Covid-19," ungkapnya.

Unggahan Veronica Koman terkait Corona
Tangkap layar akun Facebook Veronica Koman
 

Aktivis HAM yang kini jadi buronan itu menduga bahwa angka kasus terinfeksi Covid-19 di Indonesia bisa saja sudah melambung tinggi dibandingkan dengan yang telah terdeteksi.

Ia juga mengatakan bahwa pemerintah pusat tidak transparan dalam mengatasi krisis ini.

"Saat ini terdeteksi 69 karena peralatan dan kesiapan Indonesia untuk mendeteksi virus ini masih minim. Kalau tidak ada alatnya, ya tidak bisa mendeteksi toh? Pemerintah pusat juga terbukti tidak transparan dalam mengatasi krisis ini," tulis Veronica Koman pada unggahannya.

Perempuan itu memprediksikan, cepat atau lambat virus corona akan masuk Papua.

Ia juga mengatakan bahwa semakin rendah laju migrasi suatu wilayah, semakin rendah pula kemungkinan penularannya.

Veronica Koman pun menyarankan apabila ingin pulang kampung, lebih baik pulang secepatnya dan jangan menunda hingga virus sudah merebak.

"Kalau mau pulang kampung, pulang sekarang. Jangan nanti virus sudah merebak di kota, baru mau pulang, itu namanya bawa virus masuk ke ko pu kampung. Ingat, tidak semua yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan gejala," katanya.

Veronica Koman bahkan mengatakan bahwa usaha pemerintah untuk mengurus Covid-19, khususnya di Pulau Jawa masih kacau.

"Negara urus Covid-19 di Jawa saja kacau, baru ko mau berharap negara urus ko ka? Baku jaga sendiri!" tulis buron negara itu.

Ia berharap Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat bertindak seperti Pemerintah Jakarta dan Solo yang berani mengambil kebijakan mandiri yang dirasa perlu.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved