Hafal 30 Juz Al Quran, Tolak Gelar Doctor Honoris Causa, Sosok Gus Baha Santri Kesayangan Mbah Moen
Sosok Gus Baha atau pemilik nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim kini sedang digandrungi masyarakat karena ceramahnya.
Mulai dari sekadar berbincang santai, hingga urusan mencari tabir, menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke Al Anwar, dan dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina Maimoen Zubair.
Pada suatu ketika Gus Baha dipanggil untuk mencarikan tabir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina, karena saking cepatnya tabir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu, “Iyo Ha’, koe pancen cerdas tenan.” (Iya Ha, kamu memang benar-benar cerdas).
Selain itu Gus Baha juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawaidzah di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal.
“Santri tenan iku yo koyo Baha iku,” (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha itu) kurang lebih seperti itulah ucapan Syaikhina yang riwayatnya sampai ke penulis Ma'had Aly Jakarta.
Dalam riwayat pendidikan, semenjak kecil hingga mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, Gus Baha hanya mengenyam pendidikan dari 2 pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di Desa Narukan dan PP Al Anwar Karangmangu.
Ketika sang ayah menawarkan kepadanya untuk mondok di Rushaifah atau Yaman, Gus Baha lebih memilih untuk tetap di Indonesia.
Ia berkhidmat kepada almamater, Madrasah Ghozaliyah Syafiiyyah PP Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.
Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang, Gus Baha menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan Gus Baha.
Diceritakan, setelah acara lamaran selesai, ia menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangannya hingga kini.
Gus Baha mengutarakan bahwa kehidupannya bukanlah model kehidupan yang mewah, melainkan sangat sederhana.
Ia berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berpikir ulang atas rencana pernikahan tersebut dengan maksud, agar ia tidak kecewa di kemudian hari.
Calon mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan “klop” alias "sami mawon kalih kulo".
Saat berangkat ke Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya, Gus Baha berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular, bus biasa kelas ekonomi.
Berangkat dari Pandangan menuju Surabaya, selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/hafal-30-juz-al-quran-tolak-gelar-doctor-honoris-causa-sosok-gus-baha-santri-kesayangan-mbah-moen.jpg)