China Menang, Kalahkan Negara Lain Temukan Vaksin Covid-19 Lebih Dulu, Tersedia September 2020
Nampaknya China menjadi pemenang perlombaan dunia untuk menyediakan vaksin Covid-19.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sejak virus corona atau covid-19 menjangkiti hampir di semua belahan dunia, membuat negara-negara pun berlomba menciptakan virus corona.
Nampaknya China menjadi pemenang perlombaan dunia untuk menyediakan vaksin Covid-19.
China diperkirakan sudah memiliki vaksin Covid-19 untuk penggunaan darurat pada September dan untuk masyarakat umum awal tahun depan, kata pakar kesehatan masyarakat Tiongkok.
Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat China berani membuat perkiraan skala waktu untuk pengembangan vaksin corona, yang diyakini sebagai kunci untuk mengendalikan pandemi global.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat meyakini bahwa vaksin di Amerika Serikat setidaknya satu tahun lagi, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa itu bisa memakan waktu 12 hingga 18 bulan.
Gao Fu, Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Kamis (23/4/2020) mengatakan kepada China Global Television Network (TV milik pemerintah), vaksin ini sedang pengujian klinis tahap dua atau tiga, tersedia saat gelombang kedua wabah Covid-19 muncul.
Tiga vaksin China telah menyelesaikan uji coba tahap pertama.
"Kami berada di garis depan untuk pengembangan vaksin, dan kami mungkin memiliki vaksin yang siap untuk penggunaan darurat pada September," kata Gao seperti dilansir South China Morning Post.
“Vaksin yang baru dikembangkan ini, yang masih dalam uji klinis fase dua atau fase tiga, dapat digunakan untuk beberapa kelompok khusus orang, misalnya untuk petugas kesehatan.”
Gao menambahkan bahwa, "Mungkin kami memiliki vaksin untuk populasi sehat awal tahun depan", tetapi menekankan bahwa kelayakannya akan bergantung pada "kemajuan perkembangan kami".
Tidak seperti influenza - yang menjadi wabah musiman hingga vaksinya juga harus diperbarui terus-menerus, Sars-Cov-2, virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, diyakini tidak bermutasi sesering mungkin dan tidak mungkin menjadi "norma baru" seperti flu musiman, menurut ahli virus Shi Yi, dari Institute of Microbiology, Chinese Academy of Sciences.
"Beberapa ahli percaya bahwa virus corona yang epidemiik akan menjadi norma dan menyebar seperti virus influenza ... tetapi [kami percaya] probabilitas seperti itu akan relatif rendah," kata Shi kepada wartawan pada konferensi singkat di Beijing, Kamis.
"Saat ini, tidak ada bukti bahwa virus corona baru memiliki variabilitas yang sama dengan virus influenza."
Shi juga menolak kemungkinan Covid-19 menjadi penyakit kronis, mengingat bahwa virus berkembang biak terutama di saluran pernapasan pasien.
Dia menambahkan bahwa hal yang sama juga terjadi pada dua penyakit lain yang diketahui disebabkan oleh virus corona abad ini, sindrom pernapasan akut (Sars) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (Mers).
