Sungguh Menyakitkan, Kesedihan Raja Salman Ramadan Berlangsung di Tengah Pandemi Covid-19
Raja Salman merasa sedih lantaran umat Muslim tidak bisa menyelenggarakan ibadah Ramadan di masjid di tengah pandemi Covid-19
TRIBUNPEKANBARU.COM - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al-Saud prihatin dengan kondisi muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa Ramadan di tengah pandemi Covid-19.
Akibat mewabahnya virus corona, banyak negara yang terpaksa membatasi ibadah di masjid demi menekan laju penularan.
Melihat kondisi ini, Raja Salman merasa sedih, seperti diberitakan Aljazeera, Kamis (24/2020).
Kesedihan itu lantaran umat Muslim tidak bisa menyelenggarakan ibadah di masjid karena adanya pembatasan aktivitas sosial.
"Sungguh menyakitkan saya untuk menyambut bulan Ramadan yang mulia dalam keadaan yang melarang kita salat di masjid dan melakukan Salat Ramadan Tarawih dan Qiyam di Rumah Allah,” ujarnya.
“Semua ini karena langkah-langkah perlindungan yang diambil untuk menyelamatkan hidup dan kesejahteraan manusia. mengingat ancaman global Covid -19," kata Raja Arab Saudi dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita SPA.
• Cek Ramalan Zodiak Hari Ini Minggu (26/4), Gemini Merasa Tak Nyaman, Scorpio Kesabaran Diuji
• Turkish Make Up Look, Fokus pada Riasan Mata yang Cenderung Gelap dengan Glitter Finish
• Sebut Berenang Bisa Hamil, Sitti Hikmawatty Komisioner KPAI Diusulkan Dipecat: Berlebihan
Tak hanya Arab Saudi yang menerapkan pembatasan aktivitas di masjid karena pandemi virus corona, berbagai negara juga melakukan pembatasan aktivitas di tengah Ramadan.
Sementara, akibat virus corona, Imam Masjid Fazl London, Farhad Ahmad, mengatakan Islam bisa menyesuaikan keadaan, karena Islam adalah agama yang fleksibel.
“Ini akan berbeda dan sulit dalam keadaan tertentu, tetapi Islam adalah agama yang sangat fleksibel, mencakup semua keadaan, jadi ibadah yang biasa kita lakukan di masjid, kita bisa melakukannya di rumah, tidak ada salahnya mengingat situasinya,” kata Farhad Ahmad.
Menurutnya, pembatasan aktivitas sosial ketika Ramadan sudah biasa bagi umat muslim.
Meski tak bisa ditampik, pembatasan yang dimaksud tidak seekstrem lockdown seperti yang diberlakukan sekarang.
“Selama Ramadan kami meningkatkan ibadah kami, berbuat lebih banyak kebaikan terhadap orang lain, membayar lebih banyak untuk amal,” ujarnya.
“ Jadi, dengan kata lain, mengingat semua orang sekarang sudah di rumah, Anda merasa terisolasi atau karantina, itu adalah semacam fenomena alam yang biasanya terjadi di bulan Ramadhan, karena orang menjadi lebih saleh dan kurang aktivitas sosial pula,"paparnya.
Ahmad menekankan, bukan artinya orang dilarang beraktivitas sosial ketika Ramadan, melainkan lebih dianjurkan untuk memperbanyak ibadah.
“Ini sedikit berbeda dengan apa yang orang pikirkan tentang Ramadan. Dipaksa ke sana bukan situasi yang ideal, Ramadan tidak mengatakan jangan pergi bekerja atau melihat teman-teman Anda,” ujarnya.
“Tetapi pada saat yang sama, ada penekanan untuk merenungkan hidup, menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyembah Tuhan (i'tikaf), jadi kesempatan ini membuat kami lebih sadar bahwa kami dapat melakukan ini dengan lebih nyaman."
Memang pada Bulan Ramadan umat muslim biasa melakukan i'tikaf.
Dalam kegiatan tersebut, umat muslim akan berdiam diri di masjid untuk berdoa dan melakukan aktivitas ibadah lain.
Tampaknya, kondisi ini mirip dengan situasi sekarang, di mana orang harus membatasi aktivitas sosial.
Bedanya, umat muslim kali ini hanya bisa melakukan perenungan di rumah, bukan di masjid.
Tak bisa dipungkiri, situasi krisis yang tengah terjadi bisa mendatangkan kecemasan dan kesehatan, kata Ahmad.
"Beberapa orang mengalami masa sulit dengan kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental," tambah Ahmad.
"Tetapi jika Anda tidak sehat atau sakit, Islam mengatakan Anda tidak seharusnya berpuasa. Ada banyak tantangan, tetapi karena Islam fleksibel, ia memungkinkan Anda untuk mengelola dalam keadaan apa pun.”
Ahmad mengakui bahwa ada kekhawatiran soal Idul Fitri.
Pada hari raya tersebut, muslim di seluruh dunia kehilangan kesempatan untuk bersilaturahim dengan keluarganya secara langsung.
Sementara Inggris telah mengkonfirmasi bahwa masjid akan tetap ditutup sepanjang Ramadan.
"Akan dianggap sangat tidak bertanggung jawab untuk salat malam (tarawih) berjamaah atau mengadakan pertemuan keagamaan selama bulan Ramadhan ini, di setiap masjid atau rumah dengan orang-orang yang bukan anggota rumah tangga langsung," kata Qari Asim, seorang imam Leeds dan ketua dewan. ( Tribunnewswiki.com /Ahmad Nur R)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/raja-arab-saudi-salman-bin-abdul-aziz-al-saud_20170303_182321.jpg)