Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Saksikan Jasad Rekannya Dibuang ke Laut, 'Kami Sudah Ngotot, Tapi Wewenang Ada pada Kapten Kapal

Pemandangan memilukan disaksikan ABK Indonesia di Kapal China. Mereka hanya bisa melihat jasad rekannya dibuang ke laut. Tak berkutik karena wewenang

Editor: Budi Rahmat
NET
Ilustrasi jenazah 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Hanya bisa melihat. Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang berada di kapal China tidak bisa bebruat banyak ketiga rekan mereka dibuang ke laut.

Usaha mereka agar rekan-rekannya yang meninggal dunia agar di bawa ke daratan tidak mendapat respon dari pihak kapal.

Alasannya, jika di bawa ke daratan maka tidak ada yang akan meu menerima jenazah ABK Indonesia tersebut.

Jadilah ABK Indonesia yang lain hanya bisa pasrah dengan pemandangan pahit dan memilukan tersebut.

Kasus Perlakuan Kapal China Pada ABK Indonesia: Gaji, Jam Kerja Tak Manusiawi Hingga Diskriminasi

Video: Kisah ABK di Kapal China, Hanya Tiga Jam Tidur dan Makan Upan Ikan

3 ABK WNI Jasadnya Dibuang Kapal China ke Laut, Pemerintah Harus Selidiki 3 Perusahaan Perekrut

Para Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia menceritakan pengalaman mereka selama berada di kapal China.
Para Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia menceritakan pengalaman mereka selama berada di kapal China. ((KFEM via BBC))

Mereka menyaksikan tiga jenazah rekan sesama ABK dibuang ke tengah laut, meski sempat ngotot memohon kapten kapal agar jasad ABK yang meninggal di kuburkan di daratan.

"Kami sudah ngotot, tapi kami tidak bisa memaksa, wewenang dari dia [kapten kapal] semua," kata NA, salah satu ABK kapal Long Xing 629 kepada BBC News Indonesia, Kamis (7/5/2020).

"Mereka beralasan, kalau mayat dibawa ke daratan, semua negara akan menolaknya," tambah NA.

Rekan NA, MY menyebut mereka hanya ingin menguburkan teman mereka dengan layak.

"(Akhirnya) Kami mandikan, shalati dan baru 'dibuang'," sebut MY.

Dibudak Puluhan Jam, Gaji Cuma Rp 135 Ribu, ABK Indonesia di Kapal China Tewas dan Dilempar ke Laut

Tanggapi Tantangan AS, Tiongkok Pun Kini Pamer Terbangkan Jet Tempur J-15 dan Kapal Induk Liaoning

Selain pengalaman tak terlupakan melarung jenazah teman, para ABK juga mengklaim mereka mengalami eksploitasi.

Mulai dari jam kerja yang panjang dengan waktu istirahat minim, hingga perbedaan makanan dan minuman dengan awak kapal China.

"Kami bekerja lebih dari 18 jam sehari, mulai jam 11 siang sampai jam 4 dan 5 pagi. Waktu istirahat makan hanya 10-15 menit," ujar awak kapal Indonesia lainnya.

Klaim para ABK tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.

Aturan Larung Jenazah di Laut

Dalam konferensi pers Kamis kemarin (07/05), Menteri Luar Negeri Retno Masudi mengatakan ia sudah memanggil Duta Besar China di Jakarta untuk mendesak otoritas negara itu menyelidiki kondisi di kapal China tersebut, serta meminta pertanggungjawaban pihak kapal.

Koordinator ILO Asia Tenggara untuk Proyek Perikanan, Abdul Hakim mengatakan proses pelarungan atau sea burial diatur dalam ILO Seafarers Regulation.

Aturan itu memperbolehkan kapten kapal memutuskan untuk melarung jenazah dalam beberapa kondisi.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved