Makin Panas,Perang Statement Trump-China,Usai Tuduh WHO Boneka China,Trump Disindir Sesatkan Publik
China menuding Donald Trump tak mau tanggung jawab dalam situasi pandemi virus corona, dan justru mengatakan WHO sebagai "boneka China".
TRIBUNPEKANBARU.COM, BEIJING - Perang pernyataan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemerintah China makin panas.
China menuding Donald Trump tak mau tanggung jawab dalam situasi pandemi virus corona, dan justru mengatakan WHO sebagai "boneka China."
Bahkan China menyebut Trump berupaya menyesatkan publik.
Pernyataan itu dilontarkan China pada Selasa (19/5/2020).
Donald Trump terlibat perang kata-kata dengan Beijing, setelah menuduh China menutup-nutupi wabah di awal penyebarannya pada akhir tahun lalu.
• Bruk, Tiba-tiba Kamad Terjatuh Usai Turun dari Mobil Travel,Tergeletak Tak Bernyawa di Pinggir Jalan
• Rumah Dinas Ketua DPRD Riau Terbakar, Bagian Aula Hangus Terbakar
• Posisi Indonesia di Laut China Selatan Bisa Terancam, Anggaran Militer Dikurangi Akibat Covid-19
Kemudian pada Senin (18/5/2020) Trump menyebut WHO sebagai "boneka China".
Lalu mengunggah tweet berisi gambar surat yang dikirimnya ke Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam surat tersebut Trump mengancam akan menghentikan pendanaan secara permanen dan mempertimbangkan keanggotaan AS di WHO.
China lalu menanggapi hal tersebut, menuduh Trump berusaha "mencoreng mereka" dan "melempar tanggung jawab internasionalnya kepada WHO," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam jumpa pers Selasa (19/5/2020).
"Surat terbuka pemimpin AS yang Anda sebutkan penuh dengan isyarat-isyarat, kemungkinan-kemungkinan, dan coba memakai berbagai cara untuk menyesatkan publik.
"Dan bertujuan menghancurkan upaya anti-virus China, dan mengabaikan tanggung jawab AS sendiri yang tidak mencukupi."
"AS coba memanfaatkan China sebagai masalah untuk mengelak dari tanggung jawab dan kewajiban internasionalnya kepada WHO.
" Ini adalah kesalahan perhitungan dan AS memilih target yang salah."
Hingga Selasa (19/5/2020) virus corona telah menewaskan lebih dari 317.000 orang di seluruh dunia dengan hampir 4,8 juta kasus infeksi.
Para pemimpin dunia telah berusaha keras menangani pandemi ini sambil terus mencari cara untuk menggerakkan lagi roda perekonomian.
Zhao menambahkan bahwa AS sedang berusaha mengalihkan "upaya pencegahan dan penanganannya" yang tidak memadai terhadap Covid-19.
China mendesak AS untuk "berhenti mengalihkan kesalahan" dan lebih fokus pada penanganan virus, lanjut Zhao.
Sebelumnya pada Senin, WHO mengatakan akan meluncurkan tinjauan independen terhadap penanganan pandemi virus corona.
Presiden Xi Jinping mengatakan, China hanya akan mendukung "evaluasi komprehensif" dari respons global setelah pandemi berakhir.
Para pemerintah termasuk AS dan Australia sebelumnya menyerukan penyelidikan tentang asal-usul virus corona.
Akan tetapi Zhao pada Selasa mengatakan, rancangan mosi yang saat ini sedang dibahas di Majelis Kesehatan Dunia "sangat berbeda dari apa yang disebut 'penyelidikan internasional independen' terhadap pandemi, yang sebelumnya disebutkan Australia."
Dia menambahkan bahwa Australia harus bersedia "mengubah cara-caranya" dan "sepenuhnya meninggalkan manipulasi politik pandemi".
Beijing dengan keras membantah tuduhan AS bahwa mereka telah meremehkan ancaman virus corona.
Xi lalu mengulangnya lagi di Majelis Kesehatan Dunia ( WHA) pada Senin, bahwa negaranya telah "terbuka, transparan, dan bertanggung jawab" selama krisis.
Trump Beri Ultimatum ke WHO
Sebelumnya, Presiden AS (AS) Donald Trump mengirim surat ultimatum kepada Badan Kesehatan ( WHO) terkait penanganan virus corona.
Dalam suratnya, presiden dari Partai Republik itu mengancam bakal menarik semua pendanaan dari badan yang bernaung di bawah PBB itu.
Surat itu berisi ultimatum kepada induk kesehatan internasional agar dalam 30 hari ke depan, mereka melakukan "peningkatan substantif".
Jika dalam satu bulan tidak ada perubahan seperti yang diinginkan Washington, maka WHO bisa kehilangan ratusan juta dollar sumbangan dan keanggotaan AS.
Trump mengkritik organisasi pimpinan Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang dianggap tak becus merespons virus corona pada akhir Desember 2019.
Presiden yang tengah berjuang terpilih lagi dalam Pilpres AS 2020 itu mengkritik China, yang dianggap menyembunyikan data sebenarnya.
Taipan real estate itu juga menyalahkan WHO karena dianggap membantu Beijing.
Bahkan, dia menyebut WHO sebagai "boneka Negeri Panda".
Beijing berulang kali membantah tuduhan itu.
Melalui Presiden Xi Jinping, China menegaskan sudah merilis informasi secara terbuka dan transparan.
Saat ini, Negeri "Uncle Sam" adalah negara paling terdampak Covid-19, dengan 1,5 juta kasus infeksi dengan 90.000 korban meninggal.
Dilansir BBC Selasa (19/5/2020), Trump mempublikasikan surat ancaman kepada Dr Tedros itu di Twitter, sehari setelah kritikan Gedung Putih ke WHO.
Dalam pertemuan virtual Dewan Kesehatan Dunia, Menteri Kesehatan AS Alex Azar menuding Jenewa membiarkan Covid-19 tak terkendali dan "menyebabkan hilanngnya banyak nyawa".
Dalam suratnya kepada Tedros, Trump menuding organisasi itu mengalami "kekurangan kebebasan yang memprihatinkan" dari China.
Di antara tudingannya, sang prsiden menyatakan organisasi yang dipimpin Tedros "konsisten mengabaikan" apa yang dia sebut "laporan kredibel".
Dia merujuk tuduhan bahwa virus tersebut berasal dari Wuhan pada akhri Desember 2019, atau yang lebih parah, pada bulan sebelumnya.
Dalam laporan itu, presiden berusia 73 tahun itu menuding antara lain: Mengutip laporan bahwa organisasi kesehatan menunda deklarasi wabah darurat karena mendapat tekanan dari Presiden Xi Jinping.
Mengkritik Jenewa karena memberi pujian terhadap "transparansi" Beijing di tengah dugaan mereka membungkam atau kurangnya kooperasi internasional.
Menuding WHO gagal untuk menyikapi diskriminasi rasial berkaitan dengan Covid-19, yang tengah terjadi di China.
Trump menyebut Dr Tedros bisa menyelamatkan banyak nyawa, jika dia bertindak seperti Dr Harlem Brundtland, Ketua WHO saat wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) 2003-2004.
Dalam kesimpulan, sang presiden menduga "salah langkah" yang dilakukan Jenewa berulang kali telah menyebabkan banyak nyawa yang hilang.
"Satu-satunya cara bagi Badan Kesehatan Dunia adalah dengan menunjukkan mereka bisa merdeka dari China," jelas Trump dalam suratnya.
Dia kemudian menyerukan kepada Jenewa untuk menerapkan "peningkatan substantif utama" selama 30 hari, tanpa menjelaskan apa maksudnya.
Jika tak dijalankan, Trump kemudian melontarkan ancaman bahwa AS bakal menarik dana secara permanan, bahkan akan meninjau status keanggotaan mereka.
Pada April, presiden mengumumkan membekukan pendanaan WHO, di mana Washington merupakan penyandang dana utama, sekitar 15 persen dari total anggaran 2019.
Adapun pertemuan tahunan Dewan Kesehatan Dunia yang digelar secara virtual, meninjau kinerja WHO, sejauh ini diwarnai tudingan atas lembaga itu. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebut WHO Boneka China, Trump Disindir Tak Mau Tanggung Jawab"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Virus Corona, Trump Beri Ultimatum ke WHO"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/presiden-as-donald-trump-berbicara-dalam-pengarahan-harian.jpg)