Nasib Ruslan Buton Usai Tuntut Jokowi Mundur Jadi Presiden, Pasal Berlapis Menanti Mantan TNI AD
Sebelumnya diketahui Ruslan Buton yang merupakan pecatan TNI AD mengatakan hal yang tak wajar, yaitu meminta Joko Widodo untuk mundur
Ruslan menyebarkan video rekaman tuntutannya melalui aplikasi whatsapp.
Dari hasil pemeriksaan sementara, Ruslan mengakui bahwa suara rekaman yang beredar adalah milik tersangka.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sebelumnya diketahui Ruslan Buton yang merupakan pecatan TNI AD mengatakan hal yang tak wajar, yaitu meminta Joko Widodo untuk mundur jadi jabatannya.
Kabarnya mengenai hal itu Seorang pecatan TNI AD Ruslan Buton terancam pasal berlapis usai menuntut Presiden Joko Widodo mundur di tengah pandemi Covid-19.
Terkait tuntutan Ruslan disampaikan lewat rekaman video.
"Tersangka RB dapat dijerat dengan Pasal 14 ayat (1) dan (2) dan atau Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana yang dilapis dengan Pasal 28 ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan ancaman pidana 6 tahun," ujar Kepala bagian penerangan umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan, Jumat (29/5/2020).
"Dan Pasal 207 KUHP, dapat dipidana dengan ancaman penjara 2 tahun," katanya.
Ruslan menyebarkan video rekaman tuntutannya melalui aplikasi whatsapp.
Ramadhan mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara, Ruslan mengakui bahwa suara rekaman yang beredar adalah milik tersangka.
Ruslan, menurut Ramadhan, membuat rekaman tersebut pada 18 Mei 2020.
Ramadhan mengatakan, Ruslan merekam tuntutan tersebut dengan menggunakan handphone-nya dan mendistribusikannya ke grup whatsapp "Serdadu Ekstrimatra".
"Pendalaman tentang peran RB akan dilanjutkan oleh penyidik Bareskrim Polri pasca RB tiba di Jakarta," katanya.
Dikutip dari Tribunnews.com, Ruslan ditangkap di Jalan Poros, Pasar Wajo Wasuba Dusun Lacupea, Desa Wabula 1, Kecamatan Wabula, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Kamis (28/5/2020).
Ia ditangkap karena menyebarluaskan rekaman video yang menuntut Jokowi Mundur.
Dalam videonya, Ruslan juga menilai tata kelola berbangsa dan bernegara di tengah pandemi corona sulit diterima oleh akal sehat.
Ruslan sendiri merupakan mantan perwira menengah di Yonif RK 732/Banau dengan pangkat terakhirnya Kapten Infanteri.
