Pentingnya Pengembangan Bahasa Indonesia di Era Jurnalistik SEO
Salah satunya saat ini ialah muncul istilah Jurnalis SEO (search engine optimization atau pengoptimalan mesin telusur).
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: M Iqbal
Jurnalis Singapura, Jennifer Alejandro dalam jurnalnya yang berjudul Journalism in the Age of Social Media (2010) mengatakan jurnalistik tidak akan mati, tetapi hanya berkembang dan para jurnalis di masa depan perlu mengubah diri mereka juga.
Perempuan yang menggeluti jurnalistik selama 15 tahun ini juga mengingatkan jurnalistik masa depan mesti mengikuti perkembangan mesin pencarian Google.
Apa yang disebut Jennifer beberapa tahun kemudian memang terjadi. Media-media cetak mulai bertransformasi ke versi web. Kondisi tersebut juga diikuti dengan menjamurnya media-media online baru.
Perubahan itu juga sejalan dengan jumlah pengguna internet di Indonesia. Merujuk riset dari layanan manajemen konten HootSuite dan agensi pemasaran media sosial We Are Social dalam laporan bertajuk "Digital 2020", pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 175,4 juta dengan penetrasi mencapai 64 persen. Itu artinya, dari total 272,1 juta populasi di Indonesia, sebesar 64 persennya telah terkoneksi internet. Angka ini meningkat dari tahun lalu yang sebesar 17 persen, atau sekitar 25 juta. Dari jumlah tersebut, 98 persen pengguna internet menggunakannya lewat perangkat mobile.
Untuk itu, berbagai strategi dan inovasi terus dilakukan setiap newsroom agar mampu beradaptasi dengan era digitalisasi. Salah satunya saat ini ialah muncul istilah Jurnalis SEO (search engine optimization atau pengoptimalan mesin telusur).
Sebutan Jurnalis SEO disematkan bagi pewarta media daring. Sebab, di era revolusi industri 4.0 ini, para jurnalis dituntut tidak hanya lihai dalam reportase, namun juga mengetahui apa itu SEO.
Sederhananya, dalam penulisan berita, diharapkan memilih diksi atau setiap kata yang menyesuaikan dengan keyword yang ada tanpa mengaburkan fakta sebenarnya. Sehingga, berita itu ramah dengan mesin pencarian, semacam Google. Dengan demikian, berita yang diunggah berpeluang muncul di halaman pertama mesin pencarian.
Selain itu, sebelum berita itu diterbitkan, editor juga dibekali kemampuan untuk mengolah judul suatu berita menjadi menarik. Strategi ini nantinya akan menarik perhatian pembaca agar mengklik berita tersebut diantara portal lainnya.
Kondisi di atas menjadi satu diantara upaya media dalam menjawab tantangan zaman digital. Perlu diketahui, setiap media memiliki strategi sendiri dalam menyajikan informasi saat ini.
Lalu, timbul pertanyaan, bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar pada suatu berita online, sementara tulisan yang disajikan diharapkan ramah dengan mesin pencarian? Apakah Bahasa Indonesia akan ditinggalkan seiring perkembangan zaman?
Jawabannya tentu tidak. Jurnalistik pada kondisi ini memiliki peran penting dalam melestarikan Bahasa Indonesia. Selain itu, jurnalistik juga menjadi medium dalam meluruskan suatu diksi.
Seperti penggunaan kata Ustadz. Penulis sering menjumpai baliho-baliho pengumuman ceramah agama yang menggunakan kata Ustadz sebelum nama penceramah. Padahal, sesuai KBBI, kata yang tepat ialah Ustaz. Di kolom pencarian Google, jika diketik Ustadz, terdapat sekitar 25 juta hasil pencarian. Sementara Ustaz sebesar 30 juta pencarian. Artinya, jumlah indexing kedua kata ini di Google selisihnya tipis.
Pada kondisi tersebut, media daring mempunyai peran. Yakni dengan mengunggah berita-berita terkait dengan menggunakan kata Ustaz. Dengan begitu, jika pembaca mencari informasi seorang penceramah atau pemuka agama akan diarahkan ke berita yang menggunakan kata Ustaz.
• Bahasa Gaul: Arti Kode 599, Arti 4646, Arti Fucek, Ambyar, Jamet hingga Nolep, Istilah Gaul 2020
• UPDATE Kamus Bahasa Gaul: Arti Kata Jamet, Gengges, Gabut, Nolep dan Kata Viral Lainnya
Pentingnya Balai Bahasa Bersinergi dengan Media
Wajah media saat ini berubah drastis. Mulai dari organisasi hingga cara kerja pun setiap harinya mesti di update agar tak tergilas zaman. Paling kentara ialah penggunaan diksi yang mengikuti tren di media sosial.
