KISAH Kopassus: Prajurit Berkaki Satu Ini Selalu Dicari-cari Soeharto & Diselamatkan Benny Moerdani
Anak buahnya berusaha membopong untuk menyelamatkan komandannya, namun di situasi itu, Agus Hernoto memilih jalannya sendiri.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Terkisahlah nama prajurit TNI berkaki satu yang namanya cukup melegenda dalam cerita-cerita militer Indonesia.
Ada cerita unik diungkapkan Sintong Panjaitan, mantan Danjen Kopassus terkait sosok sang prajurit berkaki satu ini. Hal itu diungkap eks Danjen Kopassus itu dalam buku 'Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' (Kompas Gramedia Nusantara)
Menjelang akhir 1975, kata Sintong, sang prajurit sering tampak mengemudikan Jeep Willis terbuka seorang diri di Atambua, Ibu Kota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Ia menjenguk para korban pertempuran yang dirawat di rumah sakit di pinggir kota Atambua.
Salah satunya ia menjenguk seorang prajurit yang diamputasi kakinya.
Sang prajurit itu tampak sedih dan murung.
Ia lantas membesarkan hati prajurit yang diamputasi kakinya tersebutGramedia dengan mengatakan bahwa ia bukan satu-satunya yang kehilagan kaki.
"Ia mengulang celana panjang, melepas kedua kaki palsu yang tertutup celana panjang, kemudian menunjukan kedua belah kakinya yang juga telah diamputasi,"kata Sintong Panjaitan seperti dikutip dalam 'Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando'.
• Kasus Pembunuhan Suami & Anak yang Dibakar di Mobil, Aulia Kesuma dan Putranya Divonis Hukuman Mati
• Ketua DPRD Riau Indra Gunawan Maju Jadi Cabup pada Pilkada Bengkalis 2020, Lawannya Istri Bupati
• Sudah Banyak Korban Jatuh, Padahal Belum Selesai Dibuat, Ini Penampakan Polisi Tidur Jumbo di Madiun
Lantas, siapa sosok yang dijuluki prajurit berkaki satu tersebut? Ya, dia adalah Agus Hernoto.
Selalu Dicari Soeharto
Soeharto selalu mencari keberadaan Agus Hernoto.
Saat memimpin Operasi Benteng I kakinya tertembak tentara Belanda.
Anak buahnya berusaha membopong untuk menyelamatkan komandannya, namun di situasi itu, Agus Hernoto memilih jalannya sendiri.
Kisah Agus Hernoto itu dituliskan di buku Legenda Pasukan Komando: Dari Kopassus sampai Operasi Khusus, Penerbit Buku Kompas.
• Tujuh Pelaku Ilegal Logging Asal Jawa Barat di Cagar Alam Bukit Bungkuk Kampar Riau Diamankan
• Kasasi Ditolak dan Dihukum Setahun Penjara, Kejari Siak Kirim Surat Eksekusi untuk Nelson Manalu
• Aulia Kesuma Dihukum Mati Bersama Putranya, Beda Nasib dengan 2 Eksekutor Bayaran
Dari masa Orde Lama hingga Orde Baru, anggota Kopassus ( Komando Pasukan Khusus) ini mengabdi.
Daya juang Agus Hernoto sangat tinggi, hingga dia kehilangan kakinya saat memimpin Operasi Benteng I pembebasan Irian Barat.
Agus merupakan anggota pasukan Kopassus yang berkaki satu dan punya semangat juang tinggi.
Dia dikenal begitu menjiwai motto berani-benar-berhasil, bahkan setelah dia tidak bergabung lagi dengan Kopassus.
Ya, Agus didepak dari Kopassus, dulu bernama RPKAD ( Resimen Para Komando Angkatan Darat), lantaran kondisi fisiknya.
Agus kehilangan satu kakinya saat memimpin Operasi Benteng I.
Saat itu, kakinya tertembak tentara Belanda.
Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya. Namun, di situasi kala itu, Agus memilih jalannya sendiri.
• UPDATE Pasien Positif Covid-19 Jadi 39.294 Orang Per 15 Juni 2020, 2.198 Meninggal, 15.123 Sembuh
• DAFTAR Hape Xiaomi Terbaru Juni 2020 beserta Harga & Spesifikasi Smartphone Xiaomi
Dia tetap berada di medan pertempuran, hingga akhirnya tertangkap dan ditawan tentara Belanda.
Pasukan Belanda memperlakukan Agus sesuai konvesi Jeneva. Agus dirawat hingga sembuh, tapi kakinya terpaksa diamputasi, mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Agus masih hidup dan Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.
Kabar buruk kemudian menghampiri.
Pada akhir 1964, diadakan sebuah pertemuan perwira RPKAD membahas penghapusan tentara cacat dari RPKAD.
Agus termasuk di dalamnya.
Keputusan itu sempat diprotes atasan Agus, Benny Moerdani.
Alih-alih mendapat persetujuan, Benny justru dimutasi ke Kostrad karena dianggap membangkang. Sedangkan Agus tetap dikeluarkan dari RPKAD.
Sekeluarnya dari Kopassus, Agus sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa atau Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno.
Dijelaskan dalam buku 'Bagimu Negeri, Jiwa Raga Kami' karya Bob Heryanto Hernoto, Agus kemudian ditarik Benny Moerdani untuk bergabung di unit intelijen Kostrad.
Sejak itulah, Agus melanjutkan karier militernya di dunia intelijen.
Mengutip dari Kompas.com, Agus dan Benny lalu bergabung dengan Operasi khusus (Opsus) yang dipimpin oleh Ali Moertopo.
Keduanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soeharto.
Di dalam Opsus, Agus menjadi orang kepercayaan Ali dan Benny.
Bahkan, siapa pun yang ingin bertemu dengan Ali dan Benny harus melalui Agus, sehingga muncul ungkapan "Agus itu Opsus. Opsus itu Agus".
Di dalam Opsus Agus bertugas menjadi semacam Komandan Detasemen Markas atau Dandenma) yang mengatur segala hal terkait operasi-operasi opsus.
Dia juga terlibat dalam berbagai operasi Opsus di Irian Barat dan Timor Timur.
Bintang Sakti
Agus juga sempat mendapat penghargaan Bintang Sakti dari pemerintah setelah ada kesaksian akan keberaniannya saat berhadapan dengan tentara Belanda saat ditawan.
Tak banyak prajurit meraih penghargaan tertinggi di militer ini. Hanya mereka yang menunjukkan sikap luar biasa dalam tugas negara yang pantas menyandangnya. Agus satu diantaranya.
Malahan, Presiden Soeharto disebut-sebut selalu mengingat Agus.
Setiap mereka bertemu, Soeharto pasti selalu menanyakan kondisi kaki Agus.
Benny banting baret
Benny Moerdani masih tidak terima dan marah, terkait dirinya yang pernah didepak sebagai anggota RPKAD setelah membela Agus Hernoto.
Kemarahan itu diluapkannya saat menghadiri undangan Kopassus pada 1985.
Kemarahan legenda Kopassus itu dituliskan dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karya Hendro Subroto.
Benny yang saat itu menjabat sebagai Panglima TNI, diminta untuk memberikan baret merah kehormatan Kopassus kepada Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Sultan Iskandar.
Sebelum acara dimulai, Benny beristirahat di ruang Komandan Kopassus, Brigjen Sintong Panjaitan.
Di sana ada pula KASAD, Jenderal Try Sutrisno, Wakil KASAD, Letjen TNI Edi Sudrajat, dan Wakil Komandan Kopassus, Kolonel Kuntara.
Ada kejadian mengejutkan di ruangan sedang ditempati para perwira tinggi TNI itu.
Saat Brigjen Sintong memberikan baret merah kehormatan Kopassus, Benny membanting baret itu ke meja dan akhirnya jatuh di lantai.
Sontak orang-orang di ruangan itu terkejut saat melihat Benny begitu emosi dan berwajah seram.
Namun, pada akhirnya Benny bersedia mengenakan baret itu dan mengikuti acara.
Semua jadi lega dan upacara pun berjalan lancar.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Soeharto Selalu Mencari-cari Kopassus Berkaki Satu Ini, Dianggap Berjasa Besar