Prajurit TNI Gugur di Kongo, Anak Serma Rama Wahyudi Sering Tanya Kapan Ayahnya Pulang
Ibu mertua almarhum, Tumini menuturkan ketiga anak almarhum seringkali memanggil-manggil nama ayahnya.
Penulis: Ikhwanul Rubby | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, BANGKINANG - Kepergian prajurit TNI Serma Rama Wahyudi yang wafat saat bertugas menjalankan misi perdamaian PBB (MONUSCO) di Republik Kongo Afrika menjadi luka mendalam bagi keluarga.
Kepergian untuk selamanya yang bersangkutan tidak disangka oleh pihak keluarga.
Malam pukul 09.00 WIB, Minggu (21/6/2020) sebelum peristiwa prajurit yang menjalankan misi perdamaian PBB (MONUSCO) berkontak senjata hingga menyebabkan Serma Rama Wahyudi wafat, yang bersangkutan sempat mengontak istri.
Istri, anak dan keluarga Serma Rama tinggal di Jalan Garuda Sakti Kilometer 6 Desa Karya Indah Kecamatan Tapung melalui video call.
• Pengedar Narkoba Diamankan di Tengah Jalan Saat Sedang Mengendarai Sepeda Motor
• Sabu dan Ekstasi Dicampur Obat Serangga,Polda Riau Musnahkan Barang Bukti Narkoba Bernilai Miliaran
• Buang Sabu-sabu ke Dalam Ember Saat Polisi Datang, Pengedar Sabu-sabu Diciduk di Rumahnya
Ayah mertua Serma Rama Wahyudi, Adnan mengatakan saat video call menantunya tersebut sempat mengatakan tengah di atas kendaraan dalam perjalanan menuju pulang ke mess tempat tinggal di lokasi.
Menurutnya, almarhum sering kali melakukan video call dengan keluarga di Riau.
Adnan menuturkan, almarhum bertugas di Republik Democratic Kongo Afrika sejak dari sekitar bulan Desember 2019 lalu.
"Anak-anaknya sering merindukan kepulangan dirinya sehingga ia pun sering melakukan kontak dengan keluarga," ungkapnya.
Serma Rama Wahyudi memiliki satu orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.
Anak tertuanya pria kini baru naik kelas 3 SD dan paling kecil berumur 3 tahun.
Ibu mertua almarhum, Tumini menuturkan ketiga anak almarhum seringkali memanggil-manggil nama ayahnya.
Setiap kali Serma Rama Wahyudi menelepon ke rumah, anak-anaknya selalu menanyakan kapan ayahnya pulang.
Sambil terisak menahan tangis, Tumini bercerita beberapa waktu lalu Serma Rama Wahyudi sempat menelpon dan mengutarakan keinginannya kepada keluarga untuk mengambil cuti di bulan Juli atau Agustus dan pulang ke Pekanbaru.
Tumini mengatakan dari informasi yang diterimanya, almarhum mengalami kejadian naas tersebut saat tengah menjalankan tugas mengantar pasokan air bersih untuk warga Republik Demokratik Kongo.
Ia berharap jenazah menantu satu-satunya tersebut bisa segera sampai di Pekanbaru.
Dirinya juga berharap konflik yang terjadi ditempat tugas bisa segera terselesaikan.