Pertarungan Antar Gengster di Semarang, Anak Buruh Tak Bersalah Jadi Korban, Kepalanya Penyok
Melihat kondisi anaknya terkulai di ruang ICU, tangis orang tua Rizal, Mujiono (40) pecah, anaknya menjadi korban penyerangan gengster di Semarang
TRIBUNPEKANBARU.COM - Tak hanya di luar negeri, ulah gengster di Indonesia juga membuat prihatin masyarakat.
Permusuhan antargangster di Semarang antara Gangster Sukun Stress dan Gangster Srinindito Semarang Barat memakan korban dari warga umum.
Muhammad Khoirul Rizal (14) yang tidak tahu apa-apa dihajar anggota Gangster Sukun Stress pada Minggu (5/7/2020).
Penyerangan dilakukan karena pelaku mengira korban merupakan musuhnya dari anggota Gangster Srinindito Semarang Barat.
Kini Rizal harus dirawat di ruang ICU selama 9 hari dalam kondisi kritis di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Semarang.
Melihat kondisi anaknya terkulai di ruang ICU, tangis orang tua Rizal, Mujiono (40) pecah. Ia menceritakan anaknya yang menjadi korban penganiayaan oleh anggota Gangster Sukun Stress pada Minggu (5/7/2020).
Mujiono yang bekerja sebagai kuli bangunan, mengungkapkan akibat kejadian itu anak pertamanya harus menjalani operasi selama dua kali di bagian kepala karena tempurungnya penyok.
"Waktu operasi pertama harus mengembalikan posisi tempurung. Lalu darah-darah dibersihkan, kemudian dijahit," ungkap Mujiono di rumahnya Kelurahan Gedawang, Banyumanik, Selasa (14/7/2020).
Setelah menjalani operasi, kondisi Rizal saat ini sudah mulai menunjukkan perkembangan.
"Saat ini kondisi sudah ada perkembangan. Kemarin sore tangan sudah bisa digerakkan, tadi malam sudah pakai oksigen biasa lewat hidung. Sebelumnya pakai ventilator," jelasnya.
Mujiono berharap ada itikad baik dari keluarga pelaku supaya bertanggung jawab dan menyelesaikan persoalan dengan cara kekeluargaan.
"Kemarin sempat bilang mau tanggung jawab dari pihak keluarga. Tapi saya tunggu-tunggu tidak jadi datang. Janji mundur-mundur terus sampai sekarang. Dari awal sudah bilang kalau memang bisa ketemu keluarga paling engga mereka bisa melihat kondisi anak saya dulu. Urusan hukum nanti, paling tidak ada itikad baik," katanya.
Mujiono mengaku biaya operasi anaknya saat ini kian membengkak hingga mencapai Rp 56 juta.
Penghasilannya sebagai buruh bangunan tak cukup untuk menanggung biaya pengobatan anaknya yang mahal.
"Ini sebenarnya mau dipindahkan ke RS Ketileng, tapi harus lunas dulu. Jadi belum bisa dipindahkan," ungkapnya.
