Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Belum Lagi Berhadapan dengan China, Helikopter Taiwan Sudah Jatuh saat Latihan, 2 Orang Pilot Tewas

Belum lagi berhadapan dengan China, satu Helikopter Taiwan sudha jatuh sat latihan. Dua orang pilot dilaporkan meinggal dunia

Editor: Budi Rahmat
Sam Yeh / AFP
Dua helikopter serang Apache AH-64E buatan AS melepaskan suar selama latihan militer Han Kuang tahunan di Taichung pada 16 Juli 2020. Latihan militer "Han Kuang" (Han Glory) lima hari dimulai pada 14 Juli bertujuan untuk menguji bagaimana angkatan bersenjata akan mengusir invasi dari Cina, yang telah bersumpah untuk membawa Taiwan kembali ke pangkuan - dengan kekuatan jika perlu. 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Latihan pamungkas Taiwan dalam rangka mengusir China justru berujung petaka.

Satu helikopter dilaporjan terjatuh yang menyebabkan dua orang pilot tewas.

Peristiwa tersebut tentu saja menjadikan latihan 'unjuk kekuatan'tersebut sedikit ternodai.

Padahal Taiwan sedang berupaya memperlihatakn kekuatan mereka saat rencana China melakukan invansi.

Agenda Kamis (16/7/2020) merupakan klimaks dari latihan selama lima hari, untuk mengetes sejauh apa Taipei bisa menangkal serangan dari tetangga raksasa mereka.

Saat ini, China masih menganggap Taiwan sebagai wilayahnya yang harus segera disatukan kembali, bahkan menggunakan kekerasan jika perlu.

Dalam latihan perang pamungkas, skenarionya adalah Taipei mencoba untuk menghalau militer Negeri "Panda" yang mencoba mendarat di pantai kota Taichung.

Dilansir AFP, selain melibatkan 8.000 tentara, Taiwan juga mengerahkan jet tempur, kapal perang, hingga berbagai persenjataan darat.

Dalam keterangan militer, helikopter jenis Bell 0H-58D jatuh ketika hendak kembali ke pangkalan Hsinchu, membunuh baik pilot dan kopilot.

Sejak dua wilayah terpisah buntut perang saudara yang terjadi pada 1949, Taipei masih terus menerima ancaman invasi dari Negeri "Panda".

Dalam beberapa dekade terakhir, Taipei terdesak dengan semakin masifnya pengembangan angkatan bersenjata Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).

Beijing semakin meningkatkan tekanan diplomasi, militer, dan ekonomi setelah Presiden Tsai Ing-wen, yang tak mengakui prinsip "satu China", menjabat pada 2016.

Tsai kemudian terpilih pagi dalam pemilihan Januari lalu, yang dianggap sebagai sinyal perlawanan atas taktik tekanan yang dilakukan Beijing.

Tahun lalu, Presiden Xi Jinping dalam pidatonya membahas tentang Taiwan, di mana dia menegaskan bahwa unifikasi akan segera datang.

"Saya kira tak terelakkan lagi momen bersatunya Republik Rakyat China akan melakukan penyatuan tanah air," ujar juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved