Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Lapor Pak Nadiem, 2 Siswi SMA di Pagaralam Jadi Buruh Harian Pemetik Kopi demi Kuota Internet dan HP

Saya saat libur sekolah terpaksa harus menjadi butuh harian pemetik kopi dengan upah Rp50 ribu perhari. Hasilnya untuk membeli kuota Hp pak

Editor: CandraDani
Handout via Tribun Sumsel
Rika Puspita Sari, siswi SMA di Pagaralam yang terpaksa harus menjadi buruh harian pemetik kopi untuk bisa membeli kuota 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Tak hanya butuh smartphone, sistem pembelajaran jarak jauh atau belajar daring juga membutuhkan kuota internet.

Tidak semua keluarga siswa mampu menyediakan semua kebutuhan itu.

Rika dan Wulan misalnya, dua siswi SMA Negeri di Kota Pagaralam.

Keduanya terpaksa harus menjadi buruh harian sebagai pemetik kopi di kebun agar bisa membeli kuota dan membeli Hp serta Laptop.

Kedua siswa ini harus bekerja dikebun sebagai pemetik kopi harian dengan upah Rp50 ribu perhari.

Siswa SMA Ini Kritik Sistem Belajar Daring, Sebut: Kalau Hanya untuk Pintar, Google Lebih Pintar

Siswa di Simalungun Sampai Harus Panjat Pohon Cari Sinyal untuk Belajar Daring, Viral di Medsos

Hal ini mereka lakukan agar bisa mengikuti sistem belajar jarak jauh tersebut.

"Saya saat libur sekolah terpaksa harus menjadi butuh harian pemetik kopi dengan upah Rp50 ribu perhari. Hasilnya untuk membeli kuota Hp pak," ujar Wulan.

Dirinya harus mulai bekerja sejak pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB.

"Kami bekerja selama lima jam dan akan mendapat upah sebesar Rp50 ribu saja," ungkapnya.

Jika Wulan menjadi pekerja buruh harian pemetik kopi untuk membeli kuota, lain dengan Rika.

Rika sengaja menjadi buruh harian dengan tujuan untuk membeli Smartphone.

Ini Baru Pemimpin,Khofifah Pastikan Internet Gratis Seluruh Desa di Jatim untuk Siswa Belajar Daring

Kasian Kakak Beradik Ini, Berbagi Ponsel Buat Belajar Daring, Lalu Memulung Buat Beli Paket Internet

"Upah yang saya terima saya kumpulkan untuk dapat membeli Hp. Karena selama ini saya harus pinjam Hp teman agar bisa belajar online," kata Rika.

Orang tua Rika, sangat keberatan dengan sistem belajar online yang saat diditerapkan pemerintah.

Pasalnya dengan sistem tersebut harus butuh biaya banyak seperti untuk membeli kuota internet.

"Rika ini juga belum punya Hp jadi harus pinjam punya tetangga. Untuk itu dia bekerja sebagai buruh petik kopi dengan harapan uang upah yang didapat bisa dikumpulkan untuk membeli HP," ujarnya. (SP/ Wawan Septiawan)

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Demi Bisa Beli Kuota dan HP, Dua Siswi di Pagaralam Terpaksa Jadi Buruh Harian Pemetik Kopi,

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved