Anak yang Dicari Sudah Pindah, Kakek 70 Tahun Kecewa, Kakinya Bengkak Akibat Jalan Kaki 300 Km
Enjang bin Adah (70) menempuh perjalanan 300 KM, jarak pulang pergi Kampung Sabeulit di Agrabinta dengan Tajurhalang kecamatan Mande sekitar 163 KM.
TRIBUNPEKANBARU.COM - TERIK mentari di kawasan jalan lingkar timur Desa Maleber, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, membuat seorang kakek yang mengenakan batik putih terpaksa berteduh di balik guardrill pembatas jalan.
Jalur jalan nasional alternatif ini masih sepi penduduk. Tak ada pepohonan, hanya rumput yang tumbuh di sela batu dan bisa dijadikan tempat bersandar.
Sekilas kakek yang terlihat kelelahan ini seperti korban kecelakaan.
Perban yang sudah kucel melilit di telapak kaki kirinya yang membengkak.
Wajahnya terlihat pucat, kontras dengan peci hitam yang ia kenakan. Sesekali ia terlihat meringis menahan sakit mencoba membetulkan posisi duduk dan kakinya.
Ia terlihat tak peduli dengan laju kendaraan yang melintas cepat dan hanya beberapa meter di belakangnya.
• Sakit-sakitan Tinggal Sebatang Kara di Gubuk Kayu, Nenek Ini Rindukan Kehadiran 7 Anak Kandungnya
Dihampiri beberapa pengendara, ia menjelaskan baru pulang dari kawasan Tajurhalang, Kecamatan Mande, dan hendak kembali ke masjid di Pasar Induk.
Jarak Mande ke Pasar Induk sekitar 30 menit perjalanan dengan roda dua dan bisa sampai satu jam jika naik angkutan umum.
Sang kakek yang belakangan diketahui bernama Enjang bin Adah (70) ini mengatakan jika ia rindu bertemu sang anak dan ingin meminta biaya berobat untuk kaki bengkaknya.
Ia rela tidur di masjid Pasar Induk dan sudah berlangsung selama dua hari tiga malam.
Warga Kampung Sabeulit, Desa Sukamanah, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, ini sudah dua kali menuju rumah di kawasan Tajurhalang, Kecamatan Mande, Cianjur namun tak berhasil menemui anaknya.
Seperti diketahui, jarak Kampung Sabeulit di Agrabinta dengan Tajurhalang kecamatan Mande sekitar 163 KM.
Jika pulang pergi berarti lebih dari 300 km.
Ia pun kembali ke masjid di kawasan Pasar Induk.
Ia merasa kecewa setelah menempuh ratusan kilometer perjalanan namun tak gagal bertemu anaknya.
• Penting untuk Generasi Muda, Kampung Kelahiran Bung Karno Akan Jadi Sentra Edukasi Nasionalisme