Rakyat Terpecah Belah, Tak Mampu Pula Atasi Covid-19, Michelle: Presiden yang Salah untuk Negara ini
Dalam ucapannya, istri mantan Presiden AS Barack Obama itu menekankan bahwa Trump adalah "sosok yang salah untuk menjadi pemimpin".
TRIBUNPEKANBARU.COM - Michelle Obama, mantan ibu negara Amerika Serikat mengeluarkan kritikan pedas bagi Presiden AS Donald Trump.
Michelle Obama menyebutnya "presiden yang salah untuk negara ini".
Kendati demikian, Presiden AS Donald Trump tak membawa masalah tersebut ke jalur hukum dan memenjarakan Michelle Obama.
Donald Trump justru membalas serangan Michelle Obama dengan kata-kata menohok.
Dia merespons pernyataan Michelle ketika memberikan dukungan bagi Joe Biden, dalam malam pertama nominasi capres dari Partai Demokrat.

Dalam ucapannya, istri mantan Presiden AS Barack Obama itu menekankan bahwa Trump adalah "sosok yang salah untuk menjadi pemimpin".
Michelle Obama mengecam presiden 74 tahun itu sebagai sosok malang, yang memecah belah publik serta tidak mampu menghadapi tekanan akibat wabah Covid-19.
"Dia mempunyai begitu banyak waktu untuk membuktikan dia dapat menjalankan tanggung jawab sebagai presiden, tetapi jelas dia tidak mampu," kata dia.
Trump kemudian melancarkan kemarahan melalui kicauan di Twitter, di mana dia juga menyerang suaminya, serta Biden, yang notabene wakil Obama periode 2009-2017.
"Seseorang tolong jelaskan kepada Michelle Obama bahwa Donald J Trump takkan ada di Gedung Putih, jika saja suaminya tuntas mengerjakan pekerjaannya," sindirnya.
Dilansir AFP Selasa (18/8/2020), presiden ke-45 AS itu juga menyebut Joe Biden hanya dianggap sebagai sosok pelengkap dalam Pilpres AS.
Sang presiden yang ekonominya kuat sebelum wabah virus corona, membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan, menjanjikan situasinya meningkat.
"Pemerintahan saya menciptakan ekonomi terhebat dalam sejarah, menyelamatksan jutaan orang, malah pembangunan lebih besar lagi," koarnya.
Serangannya makin gencar dengan menyatakan pemerintahan Obama dan Biden adalah pemerintahan paling korup dalam sejarah AS.
Dia mengklaim kampanyenya dimata-matai dan seharusnya menjadi skandal politik terbesar sepanjang "Negeri Uncle Sam" berdiri.