Citizen Journalism

Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Program Merdeka Belajar

Program Merdeka Belajar menjadi salah satu terobosan Kementerian Pendidikan di era Nadiem Makarim saat ini.

Editor: Sesri
Istimewa
Siswa SD 06 Selatpanjang melakukan pembelajaran dengaj siaran radio menggunakan HT Selasa (4/8/2020). 

Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Program Merdeka Belajar

Oleh Firmauli Sihaloho

Program Merdeka Belajar menjadi salah satu terobosan Kementerian Pendidikan di era Nadiem Makarim saat ini.

Program itu diyakini menjadi jawaban atas permasalahan pendidikan di Indonesia.

Sesuai namanya, Merdeka Belajar, proses pendidikan akan berjalan lebih fleksibel.

Sehingga pendidikan memberikan kebahagiaan kepada Guru, Siswa dan Orangtua yang selama ini berjalan monoton karena adanya patokan nilai-nilai tertentu.

Melansir berbagai sumber, program ini akan fokus pada empat hal penting, yakni penggantian format ujian nasional (UN), pengembalian kewenangan ujian sekolah berstandar nasional (USBN) ke sekolah, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang hanya satu lembar, dan naiknya kuota jalur prestasi pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) dari sebelumnya 15% menjadi 30%.

Dengan begitu, melalui Merdeka Belajar, Guru diberikan ruang lebih dalam melakukan pengembangan materi dan bahan ajar. Sehingga, proses pendidikan di setiap daerah nantinya bisa menyesuaikan dengan kondisi dimana sekolah itu berada.

Nadiem mengatakan bahwa kemerdekaan adalah saat setiap guru diberikan hak untuk memasukkan kearifan lokal.

Lalu, yang terpenting adalah kemerdekaan pemikiran agar anak-anak bangsa bisa berpikir secara merdeka dan tidak terjajah oleh pemikiran sempit, hoaks dan opini-opini yang tidak bertanggung jawab.

Kearifan lokal sebagaimana yang disebut Nadiem patut dijadikan sorotan utama dalam proses pengembangan pendidikan Indonesia. Sebab, era digitalisasi terus menggerus nilai-nilai tersebut.

Padahal, budaya lokal di Indonesia kaya dengan nilai-nilai kehidupan dan bisa membentuk karakter individu menjadi lebih baik.

Sehingga, nilai-nilai ini sudah sepatutnya juga terus digali dan dilestarikan serta menjadi bahan ajar wajib di setiap sekolah.

Seperti di Provinsi Riau yang dikenal sebagai pusat peradaban Melayu. Terdapat banyak karya-karya tulisan yang sarat makna dari Bumi Lancang Kuning ini. Seperti Tenas Effendy dan Raja Ali Haji.

Salah satu karya tersohor dari Tenas Effendi ialah Tunjuk Ajar Melayu. Karya sastra yang dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WDTB) Indonesia itu juga tengah diajukan sebagai warisan Dunia kepada badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved