Citizen Journalism
Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Program Merdeka Belajar
Program Merdeka Belajar menjadi salah satu terobosan Kementerian Pendidikan di era Nadiem Makarim saat ini.
Tunjuk ajar melayu ini mengandung 25 pemikiran tentang nasihat dan petuah. Pada setiap butirnya mengandung nilai konseling spiritual yang dapat digunakan untuk membimbing dan membentuk karakter.
Beberapa sifat yang terkandung pada karya sastra ini antara lain sifat tahu asal mula jadi, tahu berpegang pada Yang Satu, sifat tahu membalas budi, sifat hidup bertenggangan, mati berpegangan, sifat tahu kan bodoh diri, sifat tahu diri, sifat hidup memegang amanah, sifat benang arang, sifat tahan menentang matahari dan sebagainya.
Selanjutnya, karya Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji. Pada setiap pasal, Raja Ali Haji menerangkan petuah yang sangat bernilai untuk dijadikan pegangan hidup.
Seperti pada pasal ke 10, Dia menuliskan:
Dengan bapa jangan durhaka,
Supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
Supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
Supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan kawan hendaklah adil,
Supaya tangannya jadi kapil (kapil: membantu dikala kesusahan)
Tidak hanya karya sastra, digali lebih dalam lagi, Melayu juga memiliki kesenian khas dengan filosofi hidup. Satu diantaranya ialah ukiran atau motif pucuk rebung.
Motif yang berbentuk kerucut ini digunakan pada rumah-rumah adat, bangunan pemerintah hingga menjadi ikon baju batik pucuk rebung khas Riau.
Seyogyanya, ukiran ini melambangkan harapan baik. Sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun.
Disamping itu, motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket dimaksudkan agar si pemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup.
Penjabaran di atas menjadi contoh betapa kayanya Indonesia dengan budaya-budaya lokal. Sudah seharusnya dijadikan bahan ajar di satuan pendidikan supaya pengembangan pendidikan tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga kemampuan afektif. Terlebih di era digitalisasi saat ini.
Oleh sebab itu, melalui program Merdeka Belajar ini, tenaga pendidik diharapkan mampu beradaptasi secara cepat mengingat pemerintah sudah memberikan ruang lebih untuk melakukan eksplorasi.
Hal terpenting lainnya yang menjadi pertimbangan utama para guru itu ialah bagaimana menerapkan nilai-nilai kearifan lokal terhadap siswa nantinya. Sebab, sebagaimana dijabarkan sebelumnya, budaya di Indonesia itu kaya dengan falsafah kehidupan yang sangat berguna dalam membangun karakter peserta didik.
Seperti kutipan yang menyebutkan bahwa, ketika era globalisasi dan kecanggihan teknologi masuk sampai ke ceruk-ceruk kehidupan masyarakat, penangkalnya hanya ada dua, agama dan budaya. (*)