PENCAPLOKAN China Atas Taiwan Gagal Total, Taipe Borong Sistem Senjata Pertahanan AS
Dilansir dari Reuters, baru-baru ini, AS menyetujui penjualan tujuh sistem senjata utama, termasuk ranjau, rudal jelajah, dan drone, ke Taiwan.
Taiwan juga berusaha untuk membeli rudal anti-tank yang canggih.
Pada awal Agustuslalu, Reuters melaporkan, Washington sedang merundingkan penjualan setidaknya empat drone udara canggihnya yang besar ke Taiwan dengan harga mencapai US$ 600 juta.
Juga dalam diskusi adalah rudal anti-kapal Harpoon berbasis darat buatan Boeing yang berfungsi sebagai pertahanan pantai melawan rudal jelajah.
Sistem persenjataan lain termasuk ranjau laut bawah air dan kemampuan lain untuk mencegah pendaratan amfibi atau serangan langsung.
Taiwan ajak negara Indo Pasifik lawan China
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meminta aliansi demokrasi untuk mempertahankan diri dari "tindakan agresif" dan melindungi kebebasan, merujuk pada tindakan China di Laut China Selatan dan Selat Taiwan sebagai ancaman utama bagi stabilitas regional.
China, yang mengklaim Taiwan yang demokratis sebagai miliknya, telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar pulau itu, serta di Laut China Selatan dan Laut China Timur yang disengketakan.
Berbicara di Taipei pada forum yang dihadiri oleh pejabat tinggi keamanan Taiwan dan diplomat senior Barat, Selasa (8/9/2020), Tsai mengatakan, Taiwan berdiri di garis depan dalam mempertahankan demokrasi dari "agresi otoriter".
Taiwan berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya, menjaga perdamaian dan keamanan regional.
Tapi, menurut Tsai, Taiwan membutuhkan upaya kolaboratif.
"Militerisasi di Laut China Selatan, meningkatnya dan seringnya taktik zona abu-abu di Selat Taiwan dan Laut China Timur, diplomasi koersif yang digunakan terhadap negara dan perusahaan, semuanya membuat tidak stabil di kawasan Indo-Pasifik," kata Tsai, tanpa langsung menyebut China.
"Sudah waktunya bagi negara-negara yang berpikiran sama, dan teman-teman demokratis di kawasan Indo-Pasifik dan sekitarnya, untuk membahas kerangka kerja untuk menghasilkan upaya yang berkelanjutan dan bersama untuk mempertahankan tatanan strategis yang menghalangi tindakan agresif sepihak," ujarnya seperti dikutip Reuters.
Dia menyerukan strategi yang menghindari perang, namun menyampaikan tekad untuk melindungi demokrasi dengan mendorong kerjasama, transparansi, dan penyelesaian masalah melalui dialog.
(*)
Sumber: Kontan
