PARAH, Kondom Bekas Didaur Ulang dan Dijual Kembali ke Pelanggan, Jumlahnya Fantastis, 324.000 Buah
Ratusan ribu buah kondom bekas dijual kembali kepada pelanggan dengan kondisi rekondisi.
Pakar memeringatkan penggunaan kondom bekas selain tak bisa mencegah kehamilan juga berisiko menyebarkan penyakit menular seksual.
• Presiden Jokowi Minta Komite Penanganan Covid-19 Siapkan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Dua Pekan
• Diperkosa Bergilir oleh 5 Orang Pria, Mama Muda Tewas di Pinggir Sungai
Wabah Virus Corona atau Covid-19 membuat stok kondom di dunia menipis.
Kondisi tersebut tentunya membuat khawatir masyarakat yang ingin terhindar dari penyakit kelamin menular.
Kekurangan persediaan kondom global meningkat seiring dengan penutupan pabrik pembuatan alat kontrasepsi akibat lockdown di tengah wabah virus corona.
Upaya pemerintah dari berbagai negara dalam menerapkan lockdown juga membuat beberapa bisnis yang dianggap tidak penting ditutup atau dibatasi.
Salah satunya perusahaan kontrasepsi raksasa Karex di Malaysia yang terpaksa hanya membuat satu dari setiap lima kondom yang ada di dunia karena dibatasi produksinya.
Perusahaan itu hanya bisa memproduksi sekitar 200 juta lebih sedikit daripada produksi biasanya.
Produsen lain di seluruh dunia mungkin juga menghadapi gangguan dan kesulitan dalam menempatkan kondom di pasar karena persoalan transportasi.
Menurut Kepala Eksekutif Karex, Goh Miah Kiat, pasokan alat kontrasepsi akan sangat terdampak.
Goh mengatakan pada media Perancis AFP, "Dunia akan kekurangan kondom."
Goh juga mengatakan kalau kondisi ini sangat menantang meski dia tahu kalau pasokan kondom ke negara-negara berkembang akan sangat sulit.
Pihaknya juga sedang mengusahakan yang terbaik yang mereka bisa.
Bagaimana pun, kondom merupakan perangkat medis yang dianggap penting.
• WADUH, Beredar Kabar Calon Kepala Daerah Positif Covid-19, KPU Kuansing Konfirmasi ke Gugus Tugas
• Video Langka Ungkap Sosok Pembunuh Para Jenderal dalam Tragedi G30S/PKI
Peringatan dari PBB
Karex yang selama ini memasok kondom ke banyak perusahaan dan pemerintah harus menutup tiga pabriknya di Malaysia di awal periode lockdown negara itu sampai 14 April mendatang.
