Berapa Biaya Perawatan Pasien Covid-19 sehingga OTG Isolasi Mandiri? Ahli Epidemiologi Angkat Bicara
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi (Paei) Provinsi Riau, dr Wildan Asfan Hasibuan mengungkapkan, isolasi madiri di rumah itu ternyata tidak efektif
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Nolpitos Hendri
Apalagi, dengan obat perawatan pasien Covid-19 yang juga tidak murah.
"Kalau sekarang yang rutin diberikan yang rawat inap diberi obat anti-pembekuan darah, tapi ada juga yang molekuler itu yang lumayan mahal.
Sekali suntik Rp 300.000 sampai Rp 400.000 dalam satu obat, belum obat-obatan yang lainnya," kata Zubairi.
Biaya pelayanan ruangan juga akan menambah besaran biaya perawatan pasien Covid-19.
Bagi pasien yang membutuhkan perawatan intensif di ruang ICU dengan sejumlah alat penunjang kesehatan pasien, biayanya akan semakin besar lagi.
Apalagi, jika pasien mengalami dampak serius pada organ lainnya seperti gagal organ jantung, paru, ginjal, otak, atau pembekuan darah di mana-mana.
Wakil Direktur Pendidikan dan Diklit sekaligus Jubir Satgas Covid-19/RS UNS, dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, penanganan pasien Covid-19 memerlukan perawatan dengan alur terpisah dan peralatan terpisah.
"Penanganan pasien Covid relatif tinggi biayanya, karena keharusan sarpras dan lokasi perawatan di ruang khusus.
Jadi meningkat biayanya," ujar Tonang kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Komponen biaya perawatan pasien Covid-19 juga mahal karena tenaga medis yang melakukan penanganan membutuhkan alat pelindung diri (APD).
Sebagian besar beban biaya pengadaan APD nakes tidak dibiayai oleh pemerintah sehingga dibebankan kepada pasien dan keluarga.
Sedih! Sempat Dirawat di Ruang ICU, Anak Yatim yang Nafkahi Dua Adik Meninggal Dunia Akibat Covid-19
Kabar duka kembali menyelimuti tenaga kesehatan di Riau setelah seorang perawat bernama Sisca dan seorang anak yatim meninggal dunia akibat Covid-19.
Salah seorang perawat yang sehari-hari menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Ibnu Sina meninggal dunia, Rabu (7/10/2020).
Perawat tersebut adalah Ns Sisca Febrianti warga Kedung Sari, Sukajadi Pekanbaru.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Riau dr Indra Yopi, Rabu (7/10/2020) membenarkan kabar duka tersebut.
Menurut keterangan Indra Yopi, Sisca adalah perawat yang menangani pasien Covid di ruangan Isolasi Covid RS Ibnu Sina sejak bulan April.
Sisca meninggal dunia di usia yang masih muda, 31 tahun.
"Beliau perawat berdedikasi tinggi, tidak pernah mengeluh selama enam bulan dan tidak pernah minta pindah area kerja," katanya.
Sedihnya lagi, Sisca merupakan anak yatim yang juga menafkahi 2 orang adik-adiknya.
Sisca merupakan tulang punggung untuk keluarganya.
"Beliau anak yatim yang menafkahi dua orang adiknya, beliau terpapar Covid-19 sejak 8 hari yang lalu, dipindahkan ke ICU sejak 6 hari yang lalu dan memakai ventilator," ujar Indra Yopi.
Menurut ketengan Indra Yopi, Sisca merupakan tenaga kesehatan pertama yang meninggal dunia setelah berjuang menangani Covid-19 langsung dan terpapar langsung.
"Kami semua tenaga kesehatan yang maju langsung menangani Covid-19 di ruangan Isolasi Covid-19 sangat terpukul dan sedih atas musibah hari ini," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya tetap akan terus melayani semua pasien Covid-19 di semua rumah sakit di Riau.
"Kami tidak akan mundur hanya gara-gara isu-isu yang tidak penting, kami ikhlas dan tetap bersemangat.
Sisca akan selalu kami kenang, kami tidak akan mengecewakan beliau, kami akan terus berjuang.
Terima kasih untuk semua yang sudah mendoakan Sisca dan mendoakan perjuangan kami," kata Indra Yopi.
Sempat Positif Covid-19, Said Hasyim-Abdul Rauf Kini Boleh Lega
Satu pasangan calon Pilkada yang belum ditetapkan di Kabupaten Kepulauan Meranti akan ditetapkan 13 Oktober 2020 mendatang.
Tiga hari setelah ditetapkan baru bisa melakukan kampanye secara terbuka kepada masyarakat.
Demikian dikatakan Plt Ketua KPU Riau Joni Suhaidi, menurutnya saat ini sedang dilakukan uji publik sebelum dilakukan penetapan calon.
Sebagaimana diketahui pasangan Said Hasyim - Abdul Rauf ini terlambat ditetapkan karena sempat Positif Covid-19 sebelumnya.
Setelah menjalani proses penyembuhan akhirnya calon wakil bupati Abdul Rauf bisa kembali mengikuti tahapan meskipun tertinggal dari tahapan yang sudah ditetapkan.
"13 Oktober 2020 itu akan ditetapkan sedangkan pencabutan nomor urut dilakukan 14 Oktober 2020,"ujar Joni Suhaidi kepada tribunpekanbaru.com Rabu (7/10/2020).
Menurut Joni Suhaidi proses pencabutan nomor urut untuk Paslon ini tetap dibuat sesuai protokol acara yang sudah pernah digelar sebelumnya.
"Walaupun satu Paslon protokol harus dijalankan sama karena sebelumnya diberlakukan sama juga, Paslon tetap mencabut nomor urutnya sendiri meskipun sudah pasti nomornya,"ujarnya.
Sedangkan untuk kampanye terbuka dengan masyarakat sendiri baru boleh dimulai 16 Oktober 2020.
Sementara terkait satu Paslon yang masih Positif Covid-19 yakni Halim menurut Joni Suhaidi akan menjalani kembali kampanye terbuka dengan masyarakat bila kondisinya sudah pulih.
"Satu Paslon yang masih covid hanya control covid, jika sudah pulih maka bisa berkampanye lagi,"ujarnya. (Tribunpekanbaru.com / Syaiful Misgiono )
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/berapa-biaya-perawatan-pasien-covid-19-sehingga-otg-isolasi-mandiri-ahli-epidemiologi-angkat-bicara.jpg)