PANDEMI Bikin Kelahiran Meroket di Indonesia, di Jepang Angka Kelahiran Malah Turun Drastis
Kyodo mengabarkan pada hari Rabu (21/10/2020), bahwa jumlah kehamilan yang tercatat di seluruh negeri Jepang turun 11,4% dalam tiga bulan sejak Mei
TRIBUNPEKANBARU.COM, TOKYO - Pandemi Virus Corona membuat angka kehamilan dan kelahiran meroket di sejumlah negara.
Namun berbeda dengan kondisi yang terjadi di Negeri Sakura.
Dalam beberapa bulan terakhir, angka kehamilan di Jepang semakin rendah.
Hal ini menyebabkan angka kelahiran di tahun 2021 akan turun drastis.
Baca juga: Tekan Penyebaran Virus Corona, Gubri Pimpin Rakor Bersama Satgas Penanganan Covid-19 Dumai
Baca juga: Terancam Pidana Penjara Seumur Hidup, 3 Tersangka Dugaan Korupsi Alat Peraga di Disdikpora Kuansing
Baca juga: AKSI Sindikat Curanmor di Kampar Rapi dan Profesional, 11 Orang Diserahkan Polisi ke Kejari
Kyodo mengabarkan pada hari Rabu (21/10/2020), bahwa jumlah kehamilan yang tercatat di seluruh negeri Jepang turun 11,4% dalam tiga bulan sejak Mei 2020.
Dibandingkan tahun sebelumnya karena dampak Pandemi Virus Corona .
Hal ini menambah kekhawatiran mengenai angka kelahiran di Jepang yang memang sangat rendah dalam beberapa tahun terakhir.
Tahun lalu angka kelahiran di Jepang hanya mencapai 865.000, rekor terendah bagi Jepang.
Dengan munculnya data terbaru di tahun ini, angka kelahiran di Jepang pada tahun 2021 diperkirakan akan turun menjadi kurang dari 800.000 kelahiran.
Jumlah kehamilan yang dilaporkan mengalami penurunan paling tajam di bulan Mei 2020, yakni turun 17,1%.
Sementara pada bulan Juni 2020 turun 5,4% dan bulan Juli 2020 turun 10,9%.
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang melaporkan bahwa total kehamilan yang tercatat dalam periode tiga bulan turun 26.331 menjadi 204.482.
Rinciannya, 67.919 di bulan Mei, 67.115 di bulan Juni, dan 69.448 di bulan Juli.
Faktor penyebab turunnya angka kehamilan
Berdasarkan pengamatan, salah satu faktor penyebab orang tua menunda kehamilan di masa pandemi ini adalah alasan ekonomi.
Banyak orang tua yang mengalami kesulitan ekonomi sejak masa pandemi sehingga merasa ragu untuk kembali memiliki momongan.