Di Negara Ini, Madrasah Pertama Diresmikan Bagi Transgender: Ada 10 Ribu Jiwa Hijra Ternyata
Banyak komunitas transgender mengidentifikasi sebagai jenis kelamin ketiga yang sekarang secara resmi diakui di negara tersebut.
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Firmauli Sihaloho
Pendanaan madrasah berasal dari yayasan yang didirikan dengan uang yang ditinggalkan oleh almarhum Ahmad Ferdous Bari Chowdhury, seorang pengusaha yang ingin mendidik komunitas hijrah.
Hingga saat ini belum ada sekolah khusus untuk transgender di Bangladesh.
Baca juga: Download Update Professionals Patch V6.2 Pembaharuan Kompetisi, Facepack, Formasi, Transfer Pemain
Baca juga: Ajak Nonton Video Porno di Ponsel, Pria Ini Sodomi Anak di Bawah Umur, Korbannya Ada 11
Baca juga: Misterius, Keluarga Dibikin Kaget, Dua Pemuda Ditemukan Sudah Jadi Mayat di Dasar Jurang
Orang-orang dari segala usia dalam komunitas hijrah dapat mendaftar di sekolah tersebut.
Diharapkan setelah menempuh pendidikan di sana, mereka mendapat kesempatan untuk memasuki berbagai profesi yang berbeda.
"Apakah seseorang dari jenis kelamin ketiga diidentifikasi pada usia yang cukup dewasa.
Itu sebabnya kami tidak menetapkan batasan usia apa pun.
Siapa pun dapat diterima di sini segera setelah seorang transgender diidentifikasi, tidak peduli berapa usianya," kata Sekretaris pendidikan dan pelatihan madrasah itu, Mohammad Abdul Aziz Hussaini, melansir BBC.
Seorang siswa baru di sekolah tersebut, Shilpy, mengatakan bahwa sebagian besar komunitas trans itu buta huruf.
"Tidak ada yang mau mempekerjakan kami.
Jika kami berpendidikan, kami bisa bekerja di tempat yang lebih baik.
Baca juga: Masuk Hari ke 21, 3 Bocah Hilang di Langkat Masih Belum Ditemukan, Ini Harapan Orangtua Mereka
Baca juga: Warga Lihat Motor Terparkir 4 Hari, Ternyata Pengendaranya Tewas di Jurang, Sempat Dikabarkan Hilang
Baca juga: Ratusan Warganet Serbu Akun Twitter MaybankID, Pertanyakan Apakah Uang Rp 22 M Milik Winda Diganti?
"Itulah mengapa kami masih melakukan apa yang nenek moyang kami lakukan dan mendapatkan uang dengan menari dan bernyanyi," kata Shilpy, yang dalam bahasa Bengali berarti "artis", kepada BBC.
'Kami ingin berjalan dengan bermartabat'
Shilpy bersekolah sampai usia sembilan tahun.
Tetapi putus sekolah karena bullying.
“Ketika saya menyadari saya adalah seorang transgender, kemudian semua orang di sekolah membenci saya, mengkritik saya.
"Itu sebabnya saya tidak belajar lagi.