Rudal Antarbenua China Guncang NATO: China Juga Mengancam Tetangganya
Sementara itu, pengamat militer China yang berbasis di Hong Kong, Song Zhongping memperingatkan AS untuk menghentikan rudal China.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Guruh Budi Wibowo
TRIBUNPEKANBARU.COM - China dilaporkan telah membangun rudal antarbenua yang bisa menjangkau seluruh negara.
Kekhawatiran akan terjadinya peranvg dunia ke-3 pun menggema di benua eropa.
Thomas de Maizière, wakil ketua kelompok refleksi NATO, memperingatkan sekutu bahwa mereka tidak boleh "acuh tak acuh" terhadap potensi ancaman serius China.
“China belum menjadi ancaman militer yang serius tetapi berpotensi. China sedang mengembangkan rudal antarbenua yang dapat menjangkau seluruh dunia. China juga mengancam tetangganya. Kita tidak boleh acuh tak acuh terhadap ini," ujarnya.
Bulan lalu, AS menembak jatuh tiruan ICBM di wilayah Laut China Selatan, dengan para ahli mengklaim itu adalah peringatan bagi Beijing.
Pakar militer yang berbasis di Beijing Zhou Chenming mengatakan pada saat itu AS ingin menunjukkan sekutu Asia-nya bahwa Washington masih dapat melindungi mereka.
"Uji pencegat SM-3 Block IIA dapat dilihat sebagai tanggapan terhadap China yang meluncurkan dua rudal 'pembunuh kapal induk' ke Laut Cina Selatan." kata Zhou.
Ini menandai pertama kalinya pencegat rudal diluncurkan dari sebuah kapal di laut dan menghantam untuk menghancurkan ICBM tiruan dalam penerbangan.
Tes sebelumnya telah menggunakan pencegat yang diluncurkan dari silo bawah tanah di seluruh AS.
Sementara itu, pengamat militer China yang berbasis di Hong Kong, Song Zhongping memperingatkan AS untuk menghentikan rudal China.
Hal itu karena kemampuan manuver China yang superior dan bisa cepat berubah haluan bisa membahayakan.
“Kemampuan SM-3 melawan DF-41 sangat terbatas, tetapi itu akan menjadi ancaman bagi ICBM yang dikembangkan oleh Korea Utara dan Iran," kata Song.
"Namun, uji coba AS akan memacu China untuk meningkatkan program pembaruan misilnya guna meningkatkan rudal balistik generasi lamanya." ujar Song.
Ketegangan antara Beijing dan negara lain - termasuk AS, Inggris, India, dan Australia - hampir mencapai titik didih selama beberapa bulan terakhir.
Minggu ini, Canberra bergabung dengan Washington untuk mengembangkan rudal hipersonik untuk melawan bangsa Komunis.
