Update Perburuan Ali Kalora Cs, Kelompok Mujahidin Indonesia Timur Kuasai Medan Hutan Belantara
Update terbaru dari pengejaran Ali Kalora Cs, kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang sulit dilacak oleh Satgas Tinombala selama ini.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Update terbaru dari pengejaran Ali Kalora Cs, kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang sulit dilacak oleh Satgas Tinombala selama ini.
Kelompok teroris Ali Kalora disebut menguasai medan hutan tempat persembunyiannya di pegunungan Sigi.
Beberapa anggota baru Satgas Tinombala juga belum terbiasa dengan medannya sehingga perlu penyesuaian.
Berikut fakta terbaru Ali Kalora Cs selengkapnya.
1. Menguasai hutan
Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan, penguasaan medan hutan itu dimanfaatkan kelompok Ali Kalora Cs untuk bersembunyi atau berpindah-pindah tempat, dari kejaran tim gabungan.
Seperti dilansir dari Warta Kota dalam artikel 'Sulitnya Memburu Teroris MIT, Ali Kalora Cs Kuasai Rimba Sigi Bertahun-tahun, Aparat Tak Terbiasa'
"Tentunya apakah ada kendala, ya ada."
"Jadi berbeda dengan mereka itu sudah bertahun-tahun ada hutan, sudah menguasai medan." kata Argo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (4/12/2020).
2. Anggota baru Satgas Tinombala belum terbiasa
Selain itu, menurut Argo, para anggota baru Satgas Tinombala juga belum terbiasa dengan medannya.
Sehingga perlu waktu untuk penyesuaian.
"Dengan anggota kita yang baru datang, tentunya ada perbedaan."
"Sehingga anggota pun juga harus menyesuaikan di sana," kata Argo.
3. Komunikasi sulit
Selain itu, kontur hutan dan pegunungan Sigi yang berbukit dan terjal juga membuat tim kesulitan berkomunikasi.
Apalagi, tim juga kerap menemukan jalan setapak.
"Komunikasi juga kesulitan dan medan terjal, ya kita tidak terbiasa, jalan pun jalan setapak."
"Ya tentunya kita tidak boleh menyerah, tetapi kita tetap setiap hari kita analisa," jelasnya.
Baca juga: Pilkada di Riau Mulai Panas, Bapilu Golkar Ancam Pecat Kader Pembelot di Pilkada Bengkalis
4. Tetap komitmen
Meski tak mematok target pemburuan kelompok Ali Kalora Cs tersebut, Polri berkomitmen untuk menangkap pelaku sesegera mungkin.
"Kita berharap masyarakat mendoakan biar cepat kita ungkap, kita tangkap semua di sana," ucapnya.
Selain kondisi geografis yang mendukung, kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora ternyata memiliki keahlian yang tak bisa dianggap remeh.
Kelompok teroris Ali Kalora juga memiliki sumber persenjataan yang memadahi dari kelompok teroris di Filipina Selatan.
Hal ini diungkapkan oleh Analis Utama Intelijen Densus 88 Antiteror Polri, Brigjen Pol Ibnu Suhendra, Kamis (3/12/2020).
"Mereka juga ada yang memiliki keahlian merakit bom ada yang pernah mengikuti pelatihan penggunaan senjata di camp.
Dan kelompok ini masih memiliki sejumlah senjata api, seperti senjata M16 dan senjata pendek rakitan (pistol), dan beberapa bom rakitan dan amunisi," papar Ibnu, dilansir dari Antara.
Ibnu mengaku pihaknya menemukan senjata-senjata dari Filipina Selatan dari kelompok-kelompok yang mendukung Ali Kalora Cs.
Sumber persenjataan kelompok teroris Ali Kalora mayoritas berasal dari jaringan teroris di Filipina Selatan.
"Kita temukan senjata-senjata ini dari Filipina Selatan dari kelompok-kelompok yang mendukung kegiatan mereka, dan mereka terus melakukan upaya koordinasi dengan kelompok jaringan teroris di Filipina Selatan.
Ini yang harus kita cegah jangan sampai barang-barang senjata masuk ke wilayah kita," kata lulusan Akpol 1993 ini.
Ia menegaskan saat ini TNI-Polri berupaya mengejar dan menangkap terduga teroris kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora yang diyakini keberadaannya masih di Sulawesi Tengah.
Baca juga: Mensos Juliari P Batubara Bisa Jadi Yang Pertama Terancam Hukuman Mati, Terjerat Pasal 2 UU Tipikor
Saran IPW agar Ali Kalora Cs cepat tertangkap
Sementara itu, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane memberikan beberapa saran agar Ali Kalora Cs tertangkap.
Seperti diketahui, Ali Kalora dan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpinnya telah seminggu menebar teror dengan membunuh empat warga Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada Jumat (27/11/2020).
Namun, hingga kini, keberadaan Ali Kalora belum bisa ditemukan Satgas Tinombala, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, anggota Brimob, serta prajurit TNI.
Padahal berdasarkan rilis terakhir Mabes Polri, jumlah kelompok Ali Kalora Cs ini hanya tersisa 11 orang.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, berdasarkan informasi yang diperolehnya, setelah melakukan aksi teror, kelompok Ali Kalora kembali bersembunyi di hutan lebat Sulteng.
Seperti dilansir dari Warta Kota dalam artikel 'Sarankan Ada Reward Bagi Aparat yang Tumpas Teroris MIT, Neta S Pane: Jangan Kosong-kosong Bae'
"Sementara aparatur kepolisian yang ditugaskan memburu tidak berpengalaman di 'medan tempur hutan belantara'," kata Neta kepada Wartakotalive, Kamis (3/12/2020).
Menurut Neta, medan tempur ada tiga kategori, yakni hutan, gunung, dan perkotaan.
"Masing-masing medan berbeda situasi dan karakteristiknya."
"Sehingga strategi, stamina fisik personel, mental, dan peralatan yang harus dimiliki aparat juga harus berbeda," tuturnya.
Personel kepolisian yang tidak punya pengalaman di medan hutan, menurutnya, pasti takut masuk hutan memburu Ali Kalora cs.
"Mereka hanya berada di luar hutan hingga waktu penempatannya di Poso berakhir, dan akhirnya pulang ke Jawa."
"Akibatnya, Ali Kalora cs yang 20 orang itu tidak akan pernah tertangkap."
"Sejak 2016 mereka bebas menebar teror di Sulteng," ujarnya.
Baca juga: Soal Korupsi Bansos Covid, Sudjiwo Tedjo: Mematikan Hak Fakir Miskin untuk Dapat Menikmati Itu
Untuk itu, menurut Neta, Mabes Polri perlu mengonsolidasikan Brimob dan TNI yang memang punya pengalaman di Medan tempur hutan, untuk memburu teroris MTI.
"Densus 88 sekali pun tidak punya pengalaman di medan tempur hutan."
"Mereka hanya piawai di perkotaan," ucapnya.
Syarat lain yang harus dipenuhi Mabes Polri, tambahnya, adalah biaya operasional harus memadai dan tidak dipotong oknum pimpinan.
"Begitu juga insentif bisa diperoleh utuh untuk ditinggal di rumah, peralatannya dipenuhi agar memadai."
"Dan ada reward yang jelas ketika mereka berhasil menghabisi kelompok MTI."
"Misalnya bisa mengikuti pendidikan atau memegang posisi jabatan."
"'Jangan kosong kosong bae', sementara mereka harus menyambung nyawa di hutan," papar Neta.
Jika tidak ada jaminan soal keempat hal itu, katanya, jangan harap Ali Kalora cs bisa 'dihabisi'.
"Strategi inilah yang perlu diperhatikan, sehingga Mabes Polri tidak hanya sekadar 'perintah kosong'."
"Sementara mereka melihat teman-temannya yang bertugas di belakang meja, di kota-kota di Jawa bisa sekolah dan gampang dapat jabatan empuk," ucapnya.
Padahal, kasus Sigi, menurut Neta, semakin menunjukkan kelompok radikal dan garis keras keagamaan yang bersekutu dengan terorisme, makin bercokol kuat di Indonesia.
"Sekecil apapun celah, mereka gunakan untuk membuat teror yang menakutkan masyarakat."
"Untuk itu Polri perlu bekerja cepat dan membuat strategi taktis untuk menangkap dan membongkar jaringan MTI di hutan maupun di luar hutan Sulteng," paparnya.
Sebab, apa yang mereka lakukan di Sigi seperti sebuah sinyal bahwa kelompok radikal terorisme itu akan kembali menebar teror di berbagai tempat.
"Untuk itu, Mabes Polri perlu mewaspadai akan munculnya aksi terorisme di Indonesia menjelang akhir tahun ini."
"Dengan maraknya aksi kerumunan massa dan meluasnya gerakan intoleransi akhir-akhir ini."
"Telah membuat kalangan radikal dan jaringan terorisme seakan mendapat angin untuk kembali beraksi secara masif," bebernya.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Fakta Terbaru Ali Kalora Cs Sulit Dilacak karena Kuasai Hutan, Satgas Tinombala Juga Terkendala ini, https://surabaya.tribunnews.com/2020/12/06/fakta-terbaru-ali-kalora-cs-sulit-dilacak-karena-kuasai-hutan-satgas-tinombala-juga-terkendala-ini?page=all.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta
Editor: Adrianus Adhi
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/ali-kalora-pemimpin-mit.jpg)