Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Urang Sumbar? Ikolah Sosok Mande Siti Manggopoh: Matikan Lampu, Tebas Perut Tentara Belanda

Ia mampu membuat kocar kacir Kolonial Belanda atas aksinya yang heroik bersama suaminya serta masyarakat Manggopoh.

kemdikbud.go.id
Mande Siti 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Sosok pejuang perempuan dari Indonesia memang banyak.

Dari Sabang sampai Merauke ada saja sosok perempuan yang gagah berani.

Khususnya saat melawan penjajahan di masa Kolonial Belanda.

Salah satu pejuang perempuan tersebut adalah Mande Siti.

Mande Siti dikenal dengan sebutan singa betina dari Manggopoh.

Ia mampu membuat kocar kacir Kolonial Belanda atas aksinya yang heroik bersama suaminya serta masyarakat Manggopoh.

Berkat aksinya tersebut, puluhan tentara Belanda tewas.

Peristiwa ini dikenal dengan Perang Manggopoh.

Baca juga: Apa Arti Serok? Maksud Cuan? Arti Nyangkut? CEK Kamus Bahasa Gaul Pasar Modal

Baca juga: Terungkap Cara Pria Ini bisa Memiliki Ratusan Anak, Ternyata Ini yang Ia Lakukan Selama Ini

Baca juga: Niat Ingin Memperbesar Bamper Belakang, Selebgram Seksi 13 Juta Followers ini Bernasib Pilu

Melansir kemdikbud.go.id, peristiwa ini bermula dari penerapan belasting (pajak) yang mencekik oleh Kolonial Belanda yang terdiri pajak rodi, pajak tanah, pajak rumah adat, pajak kepala, pajak keuntungan, pajak penyembelihan, pajak tembakau, pajak barang hingga pajak rumah tangga.

Masyarakat Manggopoh merasa terhina dengan diterapkannya belasting atas tanah yang telah mereka miliki secara turun temurun.

Hal ini bertentangan dengan adat Minangkabau.

Mande Siti yang merupakan tokoh sentral dalam perjuangan ini, bersama suaminya Rasyid dan masyarakat Manggopoh kemudian melakukan penyerangan ke markas tentara Belanda.

Mande Siti rela mengumpankan dirinya demi negeri yang dicintainya.

Ia pun terpaksa meninggalkan buah hatinya yang sedang erat menyusu.

Baca juga: Cara Bermain Game Age of Empires IV, Dilengkapi dengan Link Download untuk versi PC

Baca juga: 6 JENIS SIM di Indonesia: Berapa Biaya dan Tarif Membuat SIM?

Baca juga: 53 Napi Narkoba Riau Dikirim ke Nusakambangan & Malang, Ibnu Chuldun: Masih Coba-coba Kita Pindahkan

Dala berjuang untuk negeri, Mande Siti rela memberikan jiwa dan raganya tanpa memikirkan imbal balik atas perjuangannya.

Pada 16 Juni 1908, rupanya malam yang semakin gelap akan menjadi saksi para pejuang dalam menumpas musuh.

Siti Manggopoh kemudian menyusup ke markas Belanda yang sedang berpesta.

Ia menyelipkan ruduih (senjata sejenis Golok yang berasal dari kebudayaan masyarakat Minang) dipingganngnya yang siap merobek perut musuh.

 

Ruangan yang terang benderang seketika berubah jadi gelap gulita setelah Mande Siti berhasil mematikan lampu.

Saat itulah masyarakat memburu masuk ke dalam.

Dengan ruduih yang dibawanya, Mande Siti behasil membunuh para musuh.

Para musuh yang mendadak diserang berteriak kesakitan, sementara para pejuang meneriakkan takbir.

Puluhan tentara Belanda mati, hanya dua orang yang lolos.

Mande Siti dan suaminya kemudian ditangkap.

Dua sejoli yang mempertaruhkan kebahagiaan untuk negerinya pun dipisahkan.

Mande Siti dijebloskan ke panjara Lubuak Basung, Pariaman kemudian Padang.

Rasyid dibuang ke Manado, sampai akhir hayatnya pasangan ini tak dapat bertemu.

Rasyid sang suami tercinta yang menemaninya dalam perjuangan yang penuh luka wafat di negeri jauh.

Singa betina dari Manggopoh ini dapat menikmati kemerdekaan Indonesia namun sayangnya dia terlupakan dalam eforia kebahagiaan.

Belasan tahun kemudian orang baru tersentak dengan perjuangan Siti Manggopoh dan orang-orang kembali mengingat macan betina tersebut.

Meskipun para pejuang tak dapat lagi kita jumpai, masjid Siti Manggopoh masih lestari sampai saat ini yang dulunya juga berfungsi sebagai tempat latihan beladiri dan persiapan strategi perang.

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved