Laut China Selatan
Tanda-tanda Buruk Terjadi di Laut China Selatan, Tiongkok Usir Kapal Perang Perusak AS
Beijing juga ingin memanfaatkan cadangan minyak dan gas besar yang diyakini berada di bawah dasar lautnya.
AS memiliki hubungan informal yang kuat dengan pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis dan merupakan pemasok senjata terbesarnya.
Mengutip The Telegraph, sementara itu, USS John S McCain pekan lalu sedang berlatih perang anti-kapal selam dengan kapal selam bertenaga nuklir Prancis FS Emeraude dan kapal perusak helikopter Jepang JS Hyuga di Laut Filipina.
Dalam sebuah pernyataan tentang pelayaran Spratly-nya, Angkatan Laut AS mengatakan klaim maritim yang melanggar hukum dan luas oleh China telah menimbulkan ancaman serius bagi kebebasan laut, termasuk kebebasan navigasi dan penerbangan, perdagangan bebas dan perdagangan tanpa hambatan untuk negara lain di wilayah tersebut.
Diperkirakan, nilai transaksi perdagangan internasional yang melewati Laut China Selatan setiap tahun mencapai US$ 5 triliun.
Hal ini semakin menambah kekhawatiran tentang kendali China atas perairannya dan meningkatkan kemungkinan bahwa China dapat menggunakan aksesnya sebagai alat pemaksaan ekonomi.
Beijing juga ingin memanfaatkan cadangan minyak dan gas besar yang diyakini berada di bawah dasar lautnya.
Awal tahun ini, China mendapat teguran keras dari Vietnam, atas dugaan survei minyak di daerah tersebut dan dengan membentuk dua unit administratif di Kepulauan Paracel dan Spratly.
China membantah melakukan kesalahan.
Dalam peringatannya pada hari Selasa, PLA menuduh AS merusak perdamaian dan stabilitas kawasan.
“Tindakan AS seperti itu telah sangat melanggar kedaulatan dan keamanan China dan sangat merusak perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” kata Kolonel Tian seperti dilansir The Telegraph.
(*)
Sumber: Kontan
