Gembira Basah-basahan di Tengah Banjir Rob Bak Berenang di Waterpark,Sisi Lain Warga Meranti Riau
Banjir rob atau air pasang tahunan menjadi momen rutin yang terjadi saat penghujung tahun di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau
Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Nurul Qomariah
Hal itu juga diperkuat berdasarkan keputusan Gubernur Riau, nomor :KPTS.308/IV/2017 April 217 lalu.
Dalam Surat Keputusan ini berisi tentang penetapan ruas jalan menurut statusnya sebagai jalan Provinsi Riau di Kepulauan Meranti.
Padahal jalan tersebut tidaklah terlalu panjang. Dari data yang berhasil dihimpun hanya berkisar 1 kilometer saja dengan status rusak parah.
Kondisi itu dirasakan oleh Surandi Warga Desa Semukut Kecamatan Tebingtinggi Barat.
"Selain kondisi jalan yang rusak. Setiap bulan pasang keling (rob) juga melanda jalan ini. Untuk itu selaku masyarakat, kami minta tolong betul sama gubernur agar hak kami untuk mendapatkan akses jalan yang layak dapat ditindaklanjuti," ungkapnya.
Kondisi jalan tersebut sama sekali tidak bisa dilalui kendaraan, karena naiknya air laut ke daratan.
Air di sana merendam badan jalan hingga meluap dengan ketinggian hingga 1 meter dan sepanjang lebih kurang 200 meter.
Imbasnya masyarakat Pulau Merbau yang ingin berurusan di Ibukota kabupaten cukup kesulitan maupun sebaliknya.
Bahkan mereka terpaksa merogoh sakunya lebih, karena untuk sampai ke seberang, mereka harus menyeberang sebanyak dua kali.
Selain itu mereka tidak punya pilihan karena jalan tersebut merupakan akses satu-satunya.
"Mau tidak mau kami terpaksa lewat jalan ini untuk menyeberang ke Selatpanjang. Walaupun air pasang membuat jalan tenggelam," ujar Herman, warga Selatpanjang, yang hendak menyeberang di sana.
Kondisi ini juga memaksa masyarakat untuk antre berjam-jam menunggu giliran menyeberang.
Menyeberang dengan menggunakan kempang yang ditarik oleh sejumlah penyedia jasa di ruas jalan yang tergenang air pasang hingga mencapai satu meter.
Banjir rob yang terjadi Selatpanjang, Kepulauan Meranti juga berdampak pada aktivitas sejumlah pedagang dan pengunjung pasar sandang pangan, Selatpanjang.
Setelah diperparah pandemi Covid-19 dengan menurunnya daya beli masyarakat, pedagang juga dihadapkan persoalan banjir rob yang tak kunjung terurai.