Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sebelum Dibunuh Suami Siri, Wanita Hamil Curhat, Heran Soal Perasaannya Pada Pelaku, Merasa Dipelet

Kasus pembunuhan Hilda Hidayah (22) pada 3 April 2019 silam, kini memasuki tahap rekonstruksi Rabu

Editor: Ariestia
Tribun Jakarta/Bima Putra
Hendra Supriyatna alias Indra (38) saat memperagakan membunuh Hilda Hidayah (22) dalam bus di Makasar, Jakarta Timur, Rabu (30/12/2020). 

Indra dijerat pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, juncto 338 KUHP tentang Pembunuhan, juncto pasal 80 ayat 3 UU no 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Unyil yang ikut membantu Indra dijerat pasal 340 KUHP, juncto pasal 338 KUHP, juncto 351 ayat 3 KUHP tentang Penganiayaan Mengakibatkan Kematian, juncto pasal 56 KUHP.

Kedua tersangka yang kini mendekam di sel tahanan Mapolsek Makasar terancam hukuman mati atau pidana penjara paling lama selama 20 tahun penjara.

"Rekonstruksi ini juga dilakukan untuk melengkapi berkas perkara sebelum dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur. Dalam waktu dekat berkas kita limpahkan," kata Kanit Reskrim Polsek Makasar Iptu Mochamad Zen.

Curahan Hati di Buku Diari

Hilda Hidayah (22) sempat mengungkapkan kisah pilunya selama menjalin hubungan dengan suami sirinya, Hendra Supriyatna alias Indra (38).

Sebelum dibunuh lalu jasadnya dikubur di taman kota Tol Jagorawi, Kecamatan Makasar oleh Indra pada 3 April 2019 silam, Hilda mencurahkan isi hatinya dalam buku diari.

Kanit Reskrim Polsek Makasar Iptu Mochamad Zen mengatakan dalam buku diari tersebut tertulis rangkaian cerita sejak Hilda berpacaran hingga hamil sembilan bulan.

"Di antaranya bahwa korban mengalami tindak KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) serta merasa dipelet oleh Indra. Merasa dipelet dari ketika berpacaran," kata Zen di Makasar, Jakarta Timur, Rabu (30/12/2020).

Pada buku diari yang ditemukan di kontrakan kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi tertulis bahwa korban heran dengan perasaannya terhadap Indra.

Bahkan rasa janggal itu mulai muncul sejak Hilda menjadi pegawai warung makan kakak iparnya di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Di warung makan tersebut Indra yang kala kejadian berprofesi jadi sopir bus Mayasari P9BC rute Kampung Rambutan-Cikarang berpelat B 7069 PV mengenal Hilda.

"Di buku diarinya korban menuliskan bahwa dia heran kenapa bisa jatuh cinta sama pelaku. Padahal pelaku orangnya kasar dan dia tahu kalau Indra ini sudah berkeluarga. Tapi tetap cinta, jadi merasa dipelet," ujarnya.

Zen menuturkan sangkaan dipelet Indra pun sempat disampaikan Hilda secara langsung kepada sang ibu yang tinggal di kampung halaman.

Tepatnya pada akhir tahun 2018 saat Hilda pulang menemui sang ibu di Desa Bantarkalong, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved