Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Drone Mata-mata China Menyusup ke Indonesia, Analis Keamanan Bongkar Strategi Maritim China

Drone mata-mata canggih milik China atau dikenal sebagai Chinese Sea Wing (Haiyi) UUV menyusup ke perairan Indonesia.

Editor: Muhammad Ridho
TribunBatam/Twitter
Drone mata-mata China yang dtemukan nelayan di Sulawesi Selatan. 

Sebab, beberapa waktu belakangan ini, hubugan Australia dan China terus memburuk.

Informasi yang dikumpulkan oleh drone dapat digunakan oleh angkatan laut China jika pemerintah komunis memutuskan untuk menggunakan jalur perdagangan, para ahli khawatir. 

Perangkat pengintai tak bertenaga berteknologi tinggi ini dikenal sebagai pesawat layang dan menggunakan propulsi daya apung variabel untuk menjelajahi perairan.  

Media lokal mengatakan drone itu 'dalam bentuk rudal', terbuat dari aluminium, dan panjangnya 225cm dengan sayap 50cm di kedua sisinya. 

Antena belakang yang dipasang ke peralatan juga memiliki panjang 93cm. 

UUV awalnya disita oleh polisi dan sekarang sedang diperiksa oleh militer di Pangkalan Angkatan Laut Utama ke-6 di Makassar.    

Analis keamanan terkemuka yang berbasis di Indonesia 'Jatosint' menjelaskan drone pengintai itu 'sangat mirip dengan' UUV 'Sea Wing' China.

'Yang, jika itu benar, menimbulkan banyak pertanyaan terutama bagaimana itu berhasil ditemukan jauh di dalam wilayah kami,' kata halaman itu. 

UUV dilaporkan mengumpulkan data oseanografi tentang suhu, kekeruhan, salinitas, tingkat oksigen, dan statistik lainnya. 

Publikasi pertahanan Naval News menjelaskan perangkat itu dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi militer yang berharga.  

`` Data ini mungkin terdengar tidak berbahaya dan sering digunakan untuk penelitian ilmiah, tetapi juga bisa sangat berharga bagi perencana angkatan laut, terutama mendukung operasi kapal selam, '' tulis Naval News.  

UUV Chinese Sea Wing juga ditemukan oleh nelayan Indonesia di dekat Kepulauan Riau pada Maret 2019.

Drone kapal selam lainnya ditemukan di  dekat Pangkalan Angkatan Laut Surabaya pada bulan Januari. 

Hubungan antara Australia dan China memburuk sejak Perdana Menteri Scott Morrison menyerukan penyelidikan independen atas penyebaran virus corona dari Wuhan pada April.

China menanggapi dengan memberlakukan tarif yang menghancurkan pada anggur dan jelai Australia, menambahkan sanksi pada daging sapi, gandum, kapas, domba, batu bara, dan lobster.   

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved