Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Drone Mata-mata China Menyusup ke Indonesia, Analis Keamanan Bongkar Strategi Maritim China

Drone mata-mata canggih milik China atau dikenal sebagai Chinese Sea Wing (Haiyi) UUV menyusup ke perairan Indonesia.

Editor: Muhammad Ridho
TribunBatam/Twitter
Drone mata-mata China yang dtemukan nelayan di Sulawesi Selatan. 

Drone Mata-mata China Menyusup ke Indonesia, Analis Keamanan Bongkar Strategi Maritim China

Penemuan saat ini menjadi yang paling signifikan, karena saat ditemukan oleh nelayan drone mata-mata itu masih menyala.

Pada Maret 2019, tipe berbeda dari Sea Wing UUV ditemukan oleh nelayan Indonesia di kepulauan Riau di Laut China Selatan.

===

TRIBUNPEKANBARU.COM - Drone mata-mata canggih milik China atau dikenal sebagai Chinese Sea Wing (Haiyi) UUV menyusup ke perairan Indonesia.

Manuver China ini diduga merupakan strategi maritim China dari Laut China Selatan ke Australia.

Drone mata-mata itu dikenal sebagai Chinese Sea Wing (Haiyi) UUV.

Benda yang diyakini sebagai drone kapal selam China tersebut ditemukan oleh nelayan Indonesia.

Penemuan drone canggih itu tepatnya di dekat Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Ternyata ini penemukan drone mata-mata milik China ketiga kalinya di perairan Indonesia.

Enam hari kemudian benda yang merupakan Kendaraan Tanpa Awak di Bawah Air (UUV) tersebut diserahkan ke polisi dan kemudian diperiksa oleh militer Indonesia.

Seperti dilansir dari The Guardian, drone mata-mata tersebut digunakan dalam strategi maritim China dari Laut China Selatan ke Australia.

Benda tersebut adalah pesawat layang bawah air yang dikembangkan oleh Institut Otomasi Shenyang di Akademi Ilmu Pengetahuan China.

UUV tersebut dideskripsikan secara publik untuk melakukan pengumpulan data termasuk suhu air, salinitas, kekeruhan dan tingkat oksigen.

Selain itu, benda itu juga mengumpulkan informasi mengenai arus dan arah gerakan yang dikirimkan secara real time.

Seperti dilaporkan Naval News, data darI UUV amatlah penting untuk perencanaan angkatan laut, khususnya operasi kapal selam.

Analis Keamanan Indonesia, Muhammad Fauzan mengungkapkan kepada ABC, drone tersebut tampaknya digunakan untuk memetakan rute kapal selam untuk masa mendatang.

Hal itu mengingat bahwa drone mata-mata tersebut ditemukan jauh dari perairan China dan memiliki rute maritim yang signifikan antara China dan Darwin, kota paling utara Australia.

Fauzan pun menegaskan banyak pernyataan muncul terkait keberadaan drone mata-mata tersebut.

Menurutnya, jika benda itu merupakan milik China, apakah mereka menggunakannya untuk pengumpulan intelijen atau survei ilegal.

“Setidaknya ini ketiga kalinya drone semacam itu, yang saya dan banyak orang termasuk ahli meyakini sebagai drone bawah air buatan China, ditemukan di perairan Indonesia,” katanya.

Menurutnya penemuan saat ini menjadi yang paling signifikan, karena saat ditemukan oleh nelayan drone mata-mata itu masih menyala.

“Selain itu, ini juga pertama kalinya kita mendengar militer memberitahukan kepada publik telah mengamankan drone itu dan telah melakukan investigasi, dan berdasarkan kabar terakhir, saat ini dibawa ke Markas Armada Kedua Angkatan Laut Indonesia di Surabaya,” tuturnya.

Pada Maret 2019, tipe berbeda dari Sea Wing UUV ditemukan oleh nelayan Indonesia di kepulauan Riau di Laut China Selatan.

Sedangkan pada Januari tahun lalu, benda yang sama juga ditemukan di Jawa Timur.

Namun, hingga saat ini pihak China sendiri belum berkomentar mengenai drone mata-mata yang ditemukan itu. 

Media Asing Sebut Drone Pengintai

Dailymail menyebut jika benda tersebut adalah drone bawah air atau drone laut milik China.

Drone nirawak tersebut digunakan pemerintah China untuk memata-matai aktifitas negara lain.

Dailymail menduga drone tersebut digunakan China untuk memata-matai Australia.

Sebab, beberapa waktu belakangan ini, hubugan Australia dan China terus memburuk.

Informasi yang dikumpulkan oleh drone dapat digunakan oleh angkatan laut China jika pemerintah komunis memutuskan untuk menggunakan jalur perdagangan, para ahli khawatir. 

Perangkat pengintai tak bertenaga berteknologi tinggi ini dikenal sebagai pesawat layang dan menggunakan propulsi daya apung variabel untuk menjelajahi perairan.  

Media lokal mengatakan drone itu 'dalam bentuk rudal', terbuat dari aluminium, dan panjangnya 225cm dengan sayap 50cm di kedua sisinya. 

Antena belakang yang dipasang ke peralatan juga memiliki panjang 93cm. 

UUV awalnya disita oleh polisi dan sekarang sedang diperiksa oleh militer di Pangkalan Angkatan Laut Utama ke-6 di Makassar.    

Analis keamanan terkemuka yang berbasis di Indonesia 'Jatosint' menjelaskan drone pengintai itu 'sangat mirip dengan' UUV 'Sea Wing' China.

'Yang, jika itu benar, menimbulkan banyak pertanyaan terutama bagaimana itu berhasil ditemukan jauh di dalam wilayah kami,' kata halaman itu. 

UUV dilaporkan mengumpulkan data oseanografi tentang suhu, kekeruhan, salinitas, tingkat oksigen, dan statistik lainnya. 

Publikasi pertahanan Naval News menjelaskan perangkat itu dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi militer yang berharga.  

`` Data ini mungkin terdengar tidak berbahaya dan sering digunakan untuk penelitian ilmiah, tetapi juga bisa sangat berharga bagi perencana angkatan laut, terutama mendukung operasi kapal selam, '' tulis Naval News.  

UUV Chinese Sea Wing juga ditemukan oleh nelayan Indonesia di dekat Kepulauan Riau pada Maret 2019.

Drone kapal selam lainnya ditemukan di  dekat Pangkalan Angkatan Laut Surabaya pada bulan Januari. 

Hubungan antara Australia dan China memburuk sejak Perdana Menteri Scott Morrison menyerukan penyelidikan independen atas penyebaran virus corona dari Wuhan pada April.

China menanggapi dengan memberlakukan tarif yang menghancurkan pada anggur dan jelai Australia, menambahkan sanksi pada daging sapi, gandum, kapas, domba, batu bara, dan lobster.   

Awal bulan ini, tarif serupa diberlakukan pada pengiriman kayu dari Tasmania dan Australia Selatan.

Pemerintah Cina mengatakan itu untuk 'mencegah hama masuk ke Cina dan untuk melindungi kehutanan dan keamanan ekologi negara kita'.

Pemerintah Morrison mengumumkan Senin lalu bahwa mereka mengajukan perselisihan formal di Organisasi Perdagangan Dunia atas tarif China pada jelai.

Australia adalah pemasok jelai terbesar ke China, mengekspor sekitar $ 1,5 miliar hingga $ 2 miliar senilai setahun, yang lebih dari setengah ekspornya. 

Seorang juru bicara Departemen Pertahanan mengatakan kepada Daily Mail Australia bahwa penemuan UUV adalah 'urusan Pemerintah Indonesia'.  

Daily Mail Australia telah menghubungi Departemen Luar Negeri dan Perdagangan untuk memberikan komentar. 

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Viral Dugaan Drone China Masuk Indonesia , Ditemukan Nelayan di Sulsel ! Ini Kata Analis Keamanan, https://pontianak.tribunnews.com/2021/01/02/viral-dugaan-drone-china-masuk-indonesia-ditemukan-nelayan-di-sulsel-ini-kata-analis-keamanan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved