WHO Minta Orang yang Sudah Divaksin Covid-19 Tetap Waspada, Ada Apa?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan orang yang sudah menerima vaksin Covid-19 untuk tetap waspada.

Editor: Ilham Yafiz
FRANCOIS LO PRESTI / AFP
Satu dosis vaksin Pfizer / BioNtech COVID-19 yang disiapkan untuk penghuni panti jompo Epahd "Magnolias", di Loos, Prancis utara. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan orang yang sudah menerima vaksin Covid-19 untuk tetap waspada.

Kelahiran vaksin virus corona memberikan harapan baru dalam upaya melawan pandemi yang telah melanda dunia sejak awal tahun 2020.

Meskipun demikian, WHO memperingatkan, orang yang sudah menerima vaksin untuk tetap waspada.

Program vaksinasi virus corona telah berjalan di sejumlah negara.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, semua orang yang telah menerima vaksin harus tetap waspada dan mengikuti protokol pencegahan.

Kepala ilmuwan WHO dr. Soumya Swaminathan mengatakan dalam konferensi pers virtual, belum ada bukti bahwa orang yang telah divaksinasi dapat bepergian ke negara yang rawan tanpa risiko penyebaran penyakit.

"Saya tidak yakin kita telah memiliki bukti dari vaksin manapun akan mampu mencegah infeksi dan mampu menularkannya kembali," ungkap Swaminathan kepada Sydney Morning Herald.

Atas dasar itu, Swaminathan meminta semua orang yang telah menerima vaksin Covid-19 masih harus mematuhi protokol pencegahan, walaupun telah mendapat perlindungan dari dalam.

"Kita perlu berasumsi bahwa orang yang telah divaksinasi juga perlu melakukan tindakan pencegahan yang sama sampai ada tingkat kekebalan kelompok tertentu," katanya.

Tetap menjadi ancaman

Senada dengan Swaminathan, Direktur Program Darurat Kesehatan WHO dr. Mike Ryan juga memperingatkan, virus corona akan tetap ada.

Dr. Ryan menyampaikan, virus corona baru akan tetap menjadi ancaman. Tapi, ancaman akan cukup mereda jika semua orang telah menerima vaksin.

"Skenario yang mungkin terjadi adalah virus akan menjadi virus endemik lainnya, virus akan tetap menjadi ancaman tetapi tingkat ancaman yang sangat rendah dalam konteks program vaksinasi global yang efektif," kata Ryan.

Pejabat tinggi WHO tersebut juga menjelaskan, vaksin bukan jaminan untuk memberantas suatu penyakit menular, meskipun telah terbukti memiliki tingkat kemanjuran yang tinggi.

Untuk saat ini, WHO berharap semua negara fokus untuk fokus pada penyelamatan nyawa, mengontrol epidemi ini dengan baik, sehingga kehidupan masyarakat dapat kembali normal.

Baca juga: Bertugas di Garda Terdepan Penanganan Corona, Prajurit Kodim 0314/Inhil Awali Tahun dengan Rapid Tes

Baca juga: Keguguran hingga Mobil Kecelakaan Saat Bertugas,KPU Riau Santuni Petugas Pilkada yang Dapat Musibah

Baca juga: Stok Sperma Berkurang Gara-gara Corona, Warga China Diminta Untuk Sumbangkan Sperma di Bank Ini

Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac Timbulkan Efek Nyeri

Penggunaan Vaksin Covid-19 Sinovac sudah dilakukan di Bandung dalam proses uji klinis.

Dalam penggunaannya, Vakzin Sinovac buatan China punya efek samping.

Uji Klinis yang dilakukan di Bandung telah berlangsung selama lima bulan terakhir.

Para relawan mulai merasakan efek samping.

Ketua Tim Peneliti Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Kusnandi Rusmil mengatakan, selama lima bulan, vaksin Covid-19 dari Sinovac telah melibatkan 1.620 relawan berusia 18-59 tahun yang menjadi subyek.

Menurutnya, skema emergency yang memiliki interval 14 hari antara dua dosis menjadi pilihan untuk diuji.
Skema yang sama juga dilakukan di Brasil dan Turki.

"Penyuntikan dosis sudah selesai pada tanggal 6 November dan pengambilan 14 hari pasca suntikan sudah selesai pada 20 November 2020," ujar Kusnandi di Bio Farma, Bandung, Rabu (30/12/2020).

"Semua subyek dipantau efek samping yang dirasakan pasca-suntikan," lanjut dia.

Kusnandi mengatakan, sejauh ini efek samping yang timbul terbanyak dirasakan para relawan adalah reaksi lokal berupa nyeri pada tempat suntikan dengan intensitas mayoritas ringan.

Kemudian, reaksi sistemik terbanyak yang dirasakan lainnya adalah pegal pada otot dengan mayoritas ringan.

"Bulan ini sudah sampai pada pengambilan darah tiga bulan pasca suntikan kedua. Pemeriksaan antibodi dengan metode netralisasi dilakukan di Balitbangkes dengan metode Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) di Bio Farma," kata dia.

Kusnandi mengatakan, laporan interim hingga tiga bulan pasca suntikan kedua akan disampaikan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada awal Januari 2021.

Lebih jauh ia melaporkan, terdapat 1.817 orang relawan yang diperiksa terkait vaksin Covid-19 tersebut.

Selanjutnya ada 1.372 yang dilakukan swab, 1.620 yang diambil suntikan pertama, dan 1.603 orang yang melakukan suntikan kedua.

"Sekarang kita tinggal mengikuti kejadian-kejadian efek samping," ucap dia.

( Tribunpekanbaru.com )

Artikel ini sebelumnya tayang di Kontan

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved