Bukan dari Wuhan, China Coba Putar Balik Fakta Asal Covid-19: Sebut AS Dalang Pandemi

Pekan lalu juru bicara Kemenlu Cina, Hua Chunying, mendesak WHO agar membuka penyelidikan serupa terhadap laboratorium militer AS di Maryland.

AP VIA ABC INDONESIA
Perjalanan wisata secara massal dilarang di beberapa negara, tapi tidak China. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Akhir pekan ini kanal media sosial Cina mendadak dibanjiri tagar "American's Ft. Deterick," yang pertama kali dikampanyekan Liga Komunis Muda.

Tagar itu merujuk pada Fort Deterick di negara bagian Maryland, Amerika Serikat, yang pekan lalu oleh seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina dituduh sebagai tempat lahirnya virus corona.

Teori yang digelorakan Beijing berangkat dari dugaan adanya kebocoran di laboratorium militer di Fort Deterick sebagai asal muasal wabah corona.

Menurut Fang Shimin, seorang peneliti Cina di AS, tujuan kampanye itu adalah "untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan pemerintah Cina menanggulangi wabah corona di masa-masa awal, dan menyalahkan konspirasi oleh Amerika Serikat," kata dia.

"Taktik ini tergolong sukses karena adanya sentimen anti-Amerika Serikat di Cina."

Hal senada diungkapkan Yuan Zeng, seorang peneliti di Universitas Leeds, Inggris.

Baca juga: Feri Amsari: Ada 300 Jenderal di Indonesia, Kenapa Jokowi Pilih Listyo Sigit Prabowo Jadi Kapolri?

Baca juga: Ternyata Si Wanita Dibayar Rp 22 Ribu, Nekat Lakukan Adegan Asusila di Halte Demi Uang jajan

Baca juga: Kabarkan Kondisinya, Ghea Idol Keluhkan Tak Bisa Mencium Bau, Makanan Rasanya Hambar

Dia mengakui propaganda pemerintah terkait asal usul virus sedemikian sukses, sejumlah kenalan di Cina yang tergolong berpendidikan tinggi pun ikut bertanya-tanya apakah kabar tersebut benar adanya.

Kampanye media sosial di Cina digulirkan ketika Badan Kesehatan Dunia (WHO) sedang menyelidiki kota Wuhan, sebagai ground zero wabah corona.

Penyelidikan itu merupakan hasil tekanan politik yang digencarkan AS, Australia, dan sejumlah negara lain.

Cina sejauh ini menepis tuduhan pihaknya bertanggungjawab atas kemunculan pandemi corona.

Baca juga: PREDIKSI Copa Italia Inter Milan vs AC Milan: Bakal Menjadi Derby Paling Dramatis?

Baca juga: Kekayaan Gilang Widya Pramana Kalahkan Raffi Ahmad : Ganteng Doang Jemput Cewek Pakai Jet Pribadi

Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta Episode Hari Ini, Selasa (26/1/2021): Menguak Pembunuh Roy, Anting Ini Disorot

Membibit keraguan terhadap vaksin barat

Media-media Cina juga menurunkan laporan kritis seputar vaksin Pfizer-BioNTech usai kasus kematian 23 lansia di Norwegia.

Stasiun televisi pemerintah, CGTN, mendesak agar vaksin buatan Jerman itu diperiksa, dan menuduh negara-negara barat sengaja menutup mata.

Dalam keterangan resmi, pemerintah Norwegia mengatakan kasus kematian 23 lansia bukan disebabkan secara langsung oleh vaksin, melainkan kondisi tubuh pasien yang memang sudah sekarat.

Sejak itu pemerintah membatasi program imunisasi untuk pasien di usia lanjut dengan kondisi lemah.

WHO juga menyatakan vaksin tidak "berperan aktif" dalam kasus kematian 23 pasien.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved