Bukan dari Wuhan, China Coba Putar Balik Fakta Asal Covid-19: Sebut AS Dalang Pandemi
Pekan lalu juru bicara Kemenlu Cina, Hua Chunying, mendesak WHO agar membuka penyelidikan serupa terhadap laboratorium militer AS di Maryland.
Upaya Cina menghasut keraguan dan menyebar teori konspirasi di tengah vaksinasi massal sebabnya dilihat sebagai hal "yang sangat, sangat berbahaya," kata Yuan Zeng.
Baca juga: Padahal Sudah Jadi Nyonya Pengusaha Makassar, Meggy Wulandari Eks Kiwil Kepergok Masih Jualan Baju
Baca juga: Kisah Kekuatan Doa Seorang Ibu, Pria Terlepas dari Belenggu dan Bebas dari Tahanan karena Doa Ibunya
Menurutnya propaganda miring semacam itu akan mempersulit tugas pemerintah di banyak negara mempromosikan program imunisasi kepada masyarakat.
Laporan kritis di Cina terhadap vaksin Pfizer muncul seusai otoritas kesehatan Brasil mengoreksi tingkat efikasi vaksin Sinovac buatan Cina dari 78% efektif, menjadi cuma 50,4% efektif.
Temuan itu selaras dengan penelitian serupa di Indonesia yang menyebut tingkat efikasi Sinovac berada di kisaran 62%.
Setelah pengumuman di Brasil, Australian Strategic Policy Institute melaporkan pihaknya mencatat lonjakan arus desinformasi dari Cina seputar vaksin buatan Pfizer-BioNTech.
Belasan artikel online di situs kesehatan yang populer membibit keraguan terhadap keampuhan vaksin, merujuk pada laporan di jurnal ilmiah, British Medical Journal, yang meragukan data hasil uji klinis oleh Pfizer.
Propaganda ini, kata Fang, "sangat memalukan" bagi pemerintah Cina. Menurutnya Beijing hanya ingin menumbuhkan keraguan terhadap Pfizer untuk menutupi rasa malu menyusul rendahnya efisiensi vaksin Sinovac.
Menurut Jacob Wallis, analis senior di Australian Strategic Policy Institute, Partai Komunis Cina melihat penyelidikan WHO menyimpan risiko politik karena akan menerangi bagaimana laku pemerintah menghadang wabah di masa awal.
PKC ingin "mengalihkan perhatian audiens domestik dan internasional, dengan secara dini mendistorsi narasi perihal tanggungjawab terhadap kemunculan pandemi Covid-19," kata dia.
Pekan lalu juru bicara Kemenlu Cina, Hua Chunying, mendesak WHO agar membuka penyelidikan serupa terhadap laboratorium militer AS di Maryland.
"Kalau bangsa Amerika menghormati kebenaran, maka silahkan dibuka Fort Deterick dan publikasikan informasi tentang sekitar 200 atau lebih laboratorium biologi di luar AS, dan mohon izinkan WHO melakukan penyelidikan asal usul virus di AS," kata dia.
rzn/rap (ap, rtr)