Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Awalnya Jual Lukisan Buat Bayar Kos, Seniman Ini Kini Jual Kaligrafi Kontemporer Jutaan Rupiah

dulu jual lukisan buat bayar kos, seniman Riau ini kini berhasil jual lukisan Kaligrafi Kontemporernya jutaan rupiah dan dipajanh di Masjid Itiqlal

Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Hendri Gusmulyadi
Tribun Pekanbaru/Nasuha Nasution
Mora Siregar sedang melukis 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Siapa yang tak bangga punya karya seni yang dihargai, lalu ditempatkan di tempat yang akan menjadi pusat perhatian.

Mungkin itulah yang dirasakan Mora Siregar seniman seni lukis asal Riau.

Mora Siregar adalah Seniman Kaligrafi Kontemporer.

Ia berhasil menjual Lukisan hasil karyanya untuk membayar sewa rumah kos yang ia tempati.

Berawal dari menjual Lukisan untuk bayar sewa kos itu senilai Rp 200 ribu, kini Lukisan hasil karya Seniman Kaligrafi Kontemporer sudah dibeli orang dengan harga jutaan rupiah.

Mora Siregar merupakan seorang pendidik yang memiliki keahlian di bidang kaligrafi kontemporer .

Hasil karya Seniman Kaligrafi Kontemporer ini kini sudah tidak diragukan lagi, karena di antara karyanya sudah menghiasi dinding Masjid Itiqlal Jakarta.

Konsep kaligrafi yang dihasilkan Mora Siregar ini tidak hanya kaligrafi biasa bertuliskan ayat-ayat Alquran , melainkan perpaduan tulisan ayat Alquran dengan pemandangan alam.

Seperti misalnya satu karyanya ini sebuah pemandangan lautan dan tebing yang terjal, hanya saja terselip tulisan kaligrafi pada tebing ataupun pada akar kayu, sehingga konsepnya lebih kepada kontemporer.

Ternyata Mora memulai hobinya ini sudah sejak duduk di sekolah Tsanawiyah dan Aliyah, saat itu ia menimba ilmu di sebuah pondok pesantren di Sumatera Utara.

Kaligrafi karya Mora Siregar
Kaligrafi karya Mora Siregar (Tribun Pekanbaru/Nasuha Nasution)

Di sana, Mora awalnya belajar membuat kaligrafi di kaca, dengan menggunakan kuas, kanvas dan kaca sebagai media Lukisan kaligrafi.

Selanjutnya hasil karya itu dibingkai dan biasanya dijadikan untuk oleh-oleh saat libur sekolah di rumah.

Tamat dari pesantren, Mora pun melanjutkan sekolahnya dengan meraih beasiswa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, disaat kuliah inilah Mora menemukan ilmu kaligrafi lebih banyak.

Kebetulan di sana, Mora bertemu dengan temannya yang juga pecinta kaligrafi dan bergabung dengan Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka).

"Sampai kenal kaligrafi kontemporer, dia Lukisan bentuknya bebas namun bisa dibaca karena ada ayat Alquran nya juga, saya tertarik di sana," ujar Mora.

Sebelum belajar kaligrafi kontemporer, ternyata Mora juga sempat ikut perlombaan MTQ untuk cabang kaligrafi, saat itu ikut di kampungnya Rokan Hilir, hanya saja tidak mendapatkan juara apa-apa.

Setelah selesai belajar kaligrafi kontemporer, Mora pun mulai buat karya, awal karyanya itu kaligrafi dengan konsep kontemporer ukuran karya panjang 60 sentimeter dengan lebar 40 sentimeter.

Hanya saja setelah karyanya ini selesai dikerjakan, Mora bingung mau diapakan karena saat itu hanya untuk dipajang di kos-kosannya saja saat itu.

Kaligrafi karya Mora Siregar
Kaligrafi karya Mora Siregar (Tribun Pekanbaru/Nasuha Nasution)

Kebetulan saat itu, Mora dan teman-teman kosnya sedang butuh uang untuk bayar bulanan kos, Mora dan teman-temannya putar otak untuk mencari uang bulanan itu.

"Waktu itu masih ngekos, dan butuh biaya bayar kos, kupandangi Lukisan ini terpikir dalam hati saya kalau tidak menghasilkan uang untuk apa saya melukis, jadi saya coba lah jual di online waktu itu," ujar Mora.

Saat itu Mora masih menggunakan aplikasi Toko Bagus sebelum berubah nama menjadi OLX, di situ ditawarkan Mora dengan harga Rp500 ribu, kebetulan dirinya hanya butuh Rp 200 ribu saja untuk bayar kos.

Setelah dua hari di-posting, akhirnya karya perdana Mora itu ditawar seorang kontraktor dan minta kurang harga menjadi Rp400 ribu. Sempat terjadi tawar-menawar dan akhirnya janji ketemu dan dibeli Rp 400 ribu.

Sejak saat itulah Mora semangat berkarya membuat kaligrafi dengan konsep kontemporer tersebut, bahkan setelah tamat kuliah dirinya juga terus menghasilkan karya.

Setelah selesai kuliah, Mora sempat mengajar di Kota Bogor, saat itu Mora akan libur dan berencana pulang ke kampung halaman, namun ia terkendala uang saat itu, Mora pun mencoba menjual karya kaligrafinya dan dibeli dengan harga Rp 3 juta.

"Bahkan ada juga cerita saat saya mau nikah dan ikut perlombaan kaligrafi di MTQ, motivasinya mau juara dan uangnya bisa bantu biaya nikah, alhamdulillah langsung juara satu," ujar Mora.

Mora dalam menghasilkan satu karyanya ternyata selalu mencari inspirasi dari suasana alam dan juga jalan-jalan ke galeri pameran Lukisan master.

Untuk satu Lukisan dengan tingkat kesulitan yang tinggi, Mora hanya biasa menghasilkan satu Lukisan saja, bahkan  kadang ada selesai dan bahkan bisa juga sebulan tidak selesai.

"Karena butuh inspirasi dan mencari suasana yang tepat dan enak dipandang mata, tidak hanya saya pelukis namun orang juga enak melihat," jelasnya.

Meskipun pekerjaan melukis kaligrafi ini dikerjakan Mora sebagai pekerjaan sampingannya sebagai guru, namun ia mengakui dari melukis hasil yang didapatnya juga tidak sampingan.

"Apalagi orang Riau juga sudah mulai banyak suka mengkoleksi Lukisan kaligrafi, Agustus 2020 saya baru jual karya dengan harga Rp 4 juta," ujar Mora.

Biasanya Mora memajang hasil karyanya di situsnya Kaligrafislam.com di sana biasanya banyak pembeli yang menawar hasil karyanya.

"Saya baru berencana mau buat galeri, untuk saat ini baru dipajang di website saya," ujarnya.

Tidak hanya kaligrafi kontemporer namun kaligrafi biasa bertuliskan ayat-ayat Alquran juga biasanya banyak pesanan yang dilayani Mora.(tribunpekanbaru.com / Nasuha Nasution)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved