a. Punya kapitalisasi besar
Seperti yang dijelaskan di atas, saham ini merupakan saham dari perusahaan besar yang labanya stabil. Besar dan stabil itu harus bisa dibuktikan juga dengan modal dan asetnya, serta kapitalisasi pasarnya.
Maksudnya kapitalisasi apa sih? Itu adalah harga perusahaan jika pengin “dibeli” secara utuh. Kapitalisasi bisa dihitung dengan cara mengalikan harga saham dengan jumlah lembar saham yang beredar di pasaran.
Kalau dibilang kapitalisasinya besar, lantas berapa rupiah sih kapitalisasi sebuah perusahaan itu bisa dikatakan besar? Buat penggolongannya itu sendiri biasanya ketika kapitalisasinya mencapai Rp10 triliun ke atas maka udah dikatakan besar.
Sedangkan kalau kapitalisasinya antara Rp500 miliar hingga Rp10 triliun, maka sahamnya bakal dikategorikan sebagai saham lapis dua. Dan buat Rp500 miliar ke bawah, tentu aja masuk lapis tiga.
b. Ada di bursa dalam jangka waktu lama
Sejatinya, lamanya sebuah saham di bursa gak lantas menjadikan saham tersebut tiba-tiba jadi blue chip. Tapi kalau udah lama dan perusahaan tersebut mengalami peningkatan laba dan perkembangan yang signifikan, nah baru deh sahamnya bisa ditentukan bakal jadi blue chip atau gak.
Baca juga: CERITA Warren Bufet: Cuan Sampai 3 Ribu Persen karena Beli Saham Kendaraan Listrik China
Baca juga: Magh Bisa Ancam Nyawa Jika Tak Ditangani, Obati Maag Dengan Rutin Konsumsi Daun Binahong
c. Ramai diperdagangkan
Ramai diperdagangkan bisa disebut juga “likuid.” Jadi, banyak investor perorangan atau lembaga yang memiliki dan memperdagangkan saham ini. Saham-saham kategori blue chip juga selalu masuk ke daftar teraktif di bursa.
Mungkin kamu pernah dengar istilah LQ45. Nah LQ45 adalah indeks yang isinya saham-saham likuid. Rata-rata saham blue chip ada di indeks tersebut.
Tapi bukan berarti semua yang di LQ 45 itu blue chip ya. Bisa jadi ada saham yang emang saat itu karena sektornya lagi ramai, bukan karena laba perusahaannya lagi menanjak.
d. Saham dari perusahaan yang jadi market leader
Nah, tolak ukur ini bisa jadi cara yang termudah buat menentukan sebuah saham itu bisa dikatakan blue chip. Sebut aja seperti Astra (ASII), atau PT Telkom (TLKM).
Keduanya adalah perusahaan yang jadi market leader di sektornya. Produk-produk mereka kerap digunakan masyarakat.
Atau sebut aja deh, bila perusahaan tersebut bisa “memonopoli” pasaR, maka udah pasti sahamnya ya jadi blue chip.
Baca juga: Gerebek Sejoli yang Sedang Asyik Tidur Sekamar Di Kos, 4 Pemuda DI Semarang Ini Berakhir Penjara
Baca juga: Begitu Mudahnya McGregor Tumbang, Manny Pacquaio Kehilangan Minat Bertarung
Baca juga: VIDEO: Vitalia Sesha Bebas dan Berharap Dinikahi Kekasih yang Ditangkap Bersamanya
Contoh Saham Blue Chip
Memang semua blue chip itu ada di Indeks LQ 45. Tapi sebagian besar dari LQ45 adalah blue chip. Sampai saat ini pun belum ada laporan update mengenai daftar mana yang blue chip dan mana yang bukan.
Tapi untungnya, sejumlah media seringkali menyebut 20 nama saham yang sering disebut blue chip. Inilah deretan sahamnya.
Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI): Konstruksi
Adaro Energy Tbk (ADRO): Tambang
AKR Corporindo Tbk (AKRA): Logistik
Aneka Tambang Tbk (ANTM): Tambang
Astra International Tbk (ASII): Otomotif
Bank Central Asa Tbk (BBCA): Perbankan
Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI): Perbankan
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI): Perbankan
Bank Tabungan Negara Persero Tbk (BBTN): Perbankan
BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR): Perbankan
Bank Mandiri Persero Tbk (BMRI): Perbankan
Global Mediacom Tbk (BMTR): Media
Barito Pasific Tbk (BRPT): Kimia
Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE): Properti
Bumi Resource Tbk (BUMI): Tambang
Gudang Garam Tbk (GGRM): Rokok
HM Sampoerna Tbk (HMSP): Rokok
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP): Makanan
Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk (TLKM): Telekomunikasi
United Tractors Tbk (UNTR) Alat berat
Cocok untuk Long Term Investment
Kapitalisasi besar saham Blue Chip membuat saham-saham ini cenderung bergerak steady dan tidak terlalu liar.
Melansir mncsekuritas.com, kamu tidak perlu takut dalam berinvestasi di saham Blue Chip karena biasanya perusahaan yang sahamnya tergolong Blue Chip bukan lagi perusahaan yang bertumbuh, tetapi sudah termasuk dalam perusahaan yang mapan dan kuat.
Saham jenis ini sangat cocok untuk Anda yang ingin berinvestasi jangka panjang. Pada saat pergerakan market tidak menentu, saham Blue Chip biasanya cenderung stabil.
Bukan berarti saham Blue Chip tidak akan mengalami penurunan, tetapi saham-saham Blue Chip biasanya paling cepat pulih dibandingkan saham small atau mid-caps.
Namun demikian, berinvestasi di saham Blue Chip butuh modal yang lebih tinggi karena biasanya harga per lot lebih tinggi dari saham lainnya.