Pekan Life

Kisah Cewek Jondul yang Terjaring Razia, Dwi Menangis Terbayang Wajah Anak di Kampung

Wanita usia 26 tahun ini mengaku telah mencari pekerjaan namun tak ada yang cocok. Profesi pijat berkedok prostitusi ini akhirnya terpaksa dilakoni.

Penulis: Fernando | Editor: CandraDani
Tribun Pekanbaru/Fernando Sikumbang
Sejumlah wanita terjaring dalam razia Satpol PP di Kawasan Jondul, Kota Pekanbaru beberapa waktu lalu. Ada dugaan mereka terlibat dalam praktek prostitusi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU- Dwi (bukan nama sebenarnya) terpaksa mencari jalan pintas saat kondisi ekonomi terpuruk dalam pandemi covid-19. Ia memilih masuk dalam praktek prostitusi lantaran desakan ekonomi.

Wanita muda itu mengaku sengaja datang dari Banten ke Kota Pekanbaru untuk mencari pekerjaan lebih layak. Ia punya anak di Banten yang harus dibiayai setiap bulan.

Bayangan sang anak di kampung halaman selalu terlintas di pikiran Dwi. Ia sudah memiliki anak dari pernikahannya yang kandas beberapa waktu lalu.

Anaknya sudah berusia 10 tahun. Dwi pun berupaya mencari uang agar anaknya bisa tetap sekolah.

Namun ia percaya sang anak baik-baik saja karena dititip di rumah orangtuanya. Maka ia pun berupaya mencari uanh agar bisa menghidupi anaknya.

Sejumlah wanita terjaring operasi cipta kondisi oleh tim gabungan di perumahan Jondul Baru
Sejumlah wanita terjaring operasi cipta kondisi oleh tim gabungan di perumahan Jondul Baru (TribunPekanbaru/Rizky Ananda)

Raut wajah Dwi langsung berubah sedih. Matanya sembab dan berkaca-kaca membayangkan wajah sang anak di kampung halaman.

"Biasanya kalau kangen teleponan sama dia," ujarnya sembari menyeka air mata saat saat berbincang dengan Tribun Pekanbaru.

Wanita 26 tahun itu mengaku sudah berupaya mencari pekerjaan di Kota Pekanbaru. Tapi tidak ada lowongan kerja yang cocok.

Dwi akhirnya membuka layanan pijat plus di Jondul. "Udah ngga ada kerjaan lain, makanya pilih kerjaan ini," ujarnya

Wanita berambut sebahu ini menyewa satu rumah bersama satu rekannya di kawasan itu. Ia tidak cuma menawarkan jasa pijat bagi kaum adam.

Dirinya pun mematok tarif pijat sebesar Rp 200.000 sekali pijat. Ia juga tidak menolak memberi layanan lebih dengan bayaran lebih dari tarif awal.

Bayaran lebihnya berkisar Rp 150.000 hingga Rp 200.000 untuk sekali kencan.
"Ya selain pijat, ya layanan begituan," jelasnya.

Setiap bulannya Dwi bisa memperoleh uang sekitar Rp 5 juta dari bisnis tersebut. Pendapatan itu diperolehnya saat ramai pelanggan yang datang.

Dirinya mengaku di masa pandemi covid-19 sepi pelanggan. Tapi setiap hari ada empat hingga lima pelanggan yang datang ke tempat Dwi.

Wanita tersebut membuka layanan pijat plus dari pukul 19.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB. Namun ia mengaku tidak nyaman dengan profesinya saat ini.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved