Per Tahun Bisa Hasilkan Ribuan Triliun, Pantas China Bersikeras Menguasai Laut China Selatan
mengutip laporan Observer Research Foundation (ORF), ekspansi Laut China Selatan menyebabkan kerusakan ekosistem di laut.
Penangkapan ikan yang tidak diatur, ilegal dan berlebihan, telah menyebabkan penurunan cepat dalam stok ikan di wilayah pesisir China.
Negara ini telah kehilangan setengah dari lahan basah pesisirnya, 57% bakau dan 80% terumbu karang di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) padahal ini adalah faktor penting untuk reproduksi, pemeliharaan dan pemberian makan spesies air.
Terlebih lagi, para nelayan Tiongkok bergerak ke laut yang semakin dalam, serta menggunakan teknik penangkapan ikan seperti penggunaan bahan kimia Sianida atau penggunaan bahan peledak. Hal ini menyebabkan kerusakan kehidupan laut.
Cara seperti peledakan atau penggunaan bahan kimia sianida sekaligus akan mematikan atau merusak sistem syaraf ikan, sehingga nelayan dapat meningkatkan produksi ikannya setiap kali menangkap ikan.
Baca juga: Sandiwara Apa Lagi, Masak Jokowi Tak Tahu Langkah Moeldoko, Pengamat Heran!
Baca juga: Sabu 1,15 Kilogram Dijejalkan Di Sepatu, Dua Pria Aceh Ditangkap di Bandara Kualanamu
Ledakan tidak hanya membunuh spesies air, tetapi juga merusak terumbu karang yang merupakan rumah bagi spesies laut.
Sementara itu, bahan kimia Sianida akan mempercepat pemutihan terumbu karang dan terkadang mematikannya sepenuhnya.
Nelayan China juga menggunakan metode ini di perairan yang lebih dalam, menyebabkan dasar laut menderita.
Menurut laporan itu, China juga mengklaim kedaulatan ilegal di Laut China Selatan dengan apa yang disebut "sembilan garis putus-putus".
Lalu merenovasi pulau dan terumbu dengan memperbesar ukuran atau menciptakan formasi batuan baru.
Laporan tersebut menyatakan bahwa pembangunan ilegal pelabuhan militer China, pos terdepan dan landasan pacu di kepulauan Hoang Sa dan Truong Sa di bawah kedaulatan Vietnam telah mengakibatkan kerusakan terumbu karang.
Pengerukan di pulau-pulau ini dengan gerakan bolak-balik, memotong segala sesuatu mulai dari batuan keras hingga sedimen lunak, menghancurkan semua kehidupan yang dilewatinya.
Peningkatan sedimen di kolom air terumbu karang ini juga mengurangi penyerapan dan klorofil di daerah tersebut, yang penting untuk kelangsungan hidup fitoplankton, yang merupakan sumber makanan bagi banyak jenis kehidupan laut, kata laporan ORF.
Kegiatan tersebut telah meningkatkan kekeruhan dan sedimentasi di laguna di sekitar terumbu karang tersebut.
Hal ini menyebabkan karang hidup terkubur dan mati di bawah terumbu karang akibat kegiatan konstruksi.
Setelah terumbu terkubur di bawah berton-ton pasir dan kerikil, ia hampir mati.
