Per Tahun Bisa Hasilkan Ribuan Triliun, Pantas China Bersikeras Menguasai Laut China Selatan
mengutip laporan Observer Research Foundation (ORF), ekspansi Laut China Selatan menyebabkan kerusakan ekosistem di laut.
Kedua, Laut China Selatan akan berfungsi sebagai zona penyangga bagi China jika AS melakukan serangan militer terhadap China daratan.
Ketiga, sektor transportasi laut China membutuhkan jalur laut.
Sedangkan Laut Cina Selatan menyumbang setidaknya sepertiga dari perdagangan maritim global.
Ohara mengatakan, AS dan China secara teratur saling menuduh terlibat dalam tindakan "destabilisasi" di Laut China Selatan, terutama di Selat Taiwan.
“Negeri Panda” biasanya menyebut “destabilisasi” di Laut China Selatan sebagai ancaman terhadap kedaulatannya.
Sementara itu, cadangan minyak dan gas alam yang sangat besar dilaporkan berada di bawah dasar Laut China Selatan.
Perairan itu juga merupakan tempat penangkapan ikan yang penting untuk ketahanan pangan.
"China paham akan masalah Laut China Selatan dan dapat mengontrol persaingan bilateral dengan AS,” kata Ohara.
Dia menambahkan, di sisi lain China khawatir bahwa AS dan sekutunya mungkin menahan Beijing dari Samudra Pasifik, Laut China Selatan, dan Samudra Hindia.
Untuk melawan pengaruh China yang meluas di kawasan Asia-Pasifik, AS telah menyatukan Australia, Jepang, dan India di bawah pembicaraan Quadrilateral Security Dialogue atau Dialog Keamanan Segi Empat.
Quadrilateral Security Dialogue merupakan sebuah forum strategis informal untuk pertukaran informasi dan latihan militer antar-anggota.
Pada tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag, Belanda menolak klaim China atas haknya di Laut China Selatan.
Pengadilan mengatakan bahwa klaim China atas hak China di sepanjang sembilan garis putus-putus di Laut China Selatan tidak memiliki dasar hukum, dan Beijing telah menggunakan ini sebagai dasar.(*)
Tautan Artikel:China Ngotot Klaim 90 Persen Wilayah Laut China Selatan hingga Bersengketa dengan Banyak Negara, Rupanya Ada Alasan Ini di Baliknya
