Keberadaan Manusia Perak di Pekanbaru, Walikota: Kreatif Tapi Tetap Diawasi dan Bisa Ditertibkan
Walikota Pekanbaru Firdaus mengeluarkan pernyataan terkait manusia perak di Pekanbaru yang bermunculan di sejumlah perempatan lampu lalu lintas
Penulis: Fernando | Editor: Nolpitos Hendri
Ia menyapa satu persatu pengendara sembari salam hormat.
Paing berharap ada yang memberinya sedikit Rupiah atas kreatifitasnya tersebut.
Keberadaannya di persimpangan lampu lalu lintas bersamaan dengan para pengemis dan anak jalanan.
Namun dirinya tidak memaksa pengendara mobil atau sepeda motor untuk memberi sedikit Rupiah.
Ada saja pengendara dengan sukarela memberi Paing uang pecahan Rp 2.000 hingga Rp 5.000.
Pria asal Aceh ini mengaku baru tiga bulan menggeluti profesi sebagai manusia perak di Kota Pekanbaru.
Kondisi ekonomi memaksa ia harus putar otak hingga merelakan tubuhnya berlumur cat perak selama berjam-jam.
"Awak baru tiga bulanan ini lah di tempat ini," ujarnya saat berbincang dengan Tribun, Jumat (12/3)
Dirinya terpaksa menjadi manusia perak sebagai ekspresi seni.
Ia sekaligus mencari penghasilan demi sesuap nasi dengan menjadi manusia perak.
Kisah perantauan bagi Paing jauh berbeda dengan ia bayangkan.
Ia memilih menjadi manusia perak karena lebih mudah mendapatkan uang.
Pendapatannya setiap hari sebagai manusia perak tidak menentu.
Ia mengaku satu hari bisa mengantongi uang Rp 100.000 dari menjadi manusia perak hingga malam.
Paing mengatakan bahwa dirinya butuh waktu 15 menit untuk memoles cat perak di sekujur tubuhnya.
