Militer Myanmar Makin Edan, Serang Warga Sipil Pakai Pesawat Tempur Hingga Tewas
Militer Myanmar melakukan serangan udara ke desa di Karen, Sabtu dinihari, Sky News melaporkan tiga warga desa tewas dengan delapan lainnya terluka.
"Apa yang saya lihat saat ini adalah situasi semakin buruk," jelas Eubank mengomentari kengerian di negara bagian kawasan tenggara Myanmar tersebut.
Serangan udara itu terjadi setelah faksi Uni Nasional Karen mengumumkan merebut pos militer dekat Thailand, dan membunuh 10 orang.
Koresponden Sky News di Asia Tenggara, Siobhan Robbins, menuturkan apa pun yang diserukan dunia, junta tidak akan menggubrisnya.
Robbins mengemukakan, setiap hari rakyat Myanmar terus hidup di bawah kekerasan, di mana ada kabar warga dipukuli hingga ditembak.
Dewan Keamanan PBB sudah mengecam kekerasan tersebut, namun tidak bermanuver lebih lanjut, seperti melarang penjualan senjata.
Sebab, di dalam dewan itu ada Rusia dan China yang tak hanya penyokong senjata, namun juga bersimpati terhadap politik Myanmar.
Kemudian dengan status mereka sebagai anggota tetap DK PBB, resolusi apa pun yang dikeluarkan bakal diveto.
Robbins mengungkapkan, China, Rusia, maupun Thailand mengirim pejabatnya untuk hadir dalam parade militer Tatmadaw.
Adapun korban tewas sejak demonstrasi menentang kudeta Tatmadaw pada 1 Februari ditaksir lebih dari 440 orang.
Namun, jumlah itu diyakini bisa lebih besar lagi karena kelompok pemantau hanya menyertakan jumlah yang terverifikasi.
Amerika Serikat Sampai Ngeri Dapati Fakta Ini
Pemerintah AS mengaku "ngeri" dengan ratusan korban tewas dalam demonstrasi yang terjadi di Myanmar.
Unjuk rasa yang terjadi pada Sabtu (27/3/2021) merupakan hari paling berdarah sejak militer melakukan kudeta di 1 Februari.
Setidaknya 114 orang ditembak mati aparat Myanmar, yang terjadi di 44 kota besar maupun kecil di seantero negeri.
"Junta militer siap mengorbankan banyak nyawa demi kepentingan segelintir orang," kecam Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
