Militer Myanmar Makin Edan, Serang Warga Sipil Pakai Pesawat Tempur Hingga Tewas
Militer Myanmar melakukan serangan udara ke desa di Karen, Sabtu dinihari, Sky News melaporkan tiga warga desa tewas dengan delapan lainnya terluka.
Dikutip AFP, Blinken mengaku "ngeri" dengan tumpahnya darah yang dilakukan oleh polisi maupun tentara setempat.
"Rakyat Burma (nama lama Myanmar) yang berani telah menolak pemerintahan militer yang penuh teror," tegasnya.
Sebelumnya, Kedutaan Besar AS menyatakan demnstran yang tak bersenjata dibunuh di peringatan Hari Angkatan Bersenjata.
Sementara delegasi Uni Eropa menekankan peringatan itu akan selamanya diingat sebagai "hari penuh teror dan aib".
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku terkejut, dan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyebut terjadi "penurunan baru" di sana.
Dilansir BBC, korban tewas menentang kepemimpinan Tatmadaw, nama junta militer, juga melibatkan anak-anak.
"Mereka membunuhi kami seperti ayam maupun burung," kata Thu Ya Zaw, warga Myingyan kepada Reuters.
Dengan 114 orang tewas dalam bentrokan Sabtu, jumlah korban jiwa sejak aksi protes 1 Februari melebihi 400 orang.
Junta mengambil alih negara setelah menuding partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) melakukan kecurangan di pemilu November 2020.
Mereka menangkap sejumlah tokoh politik, termasuk Aung San Suu Kyi, dan mengadili mereka dengan berbagai tuduhan.
Sebelumnya, televisi pemerintah menyebut masyarakat seharusnya "belajar dari tragedi yang sudah-sudah". Media pemerintah menyatakan, pengunjuk rasa bisa berada dalam bahaya ditembak dari bagian belakang atau kepala.
Meski begitu, massa tetap turun ke jalan di berbagai daerah, di mana mereka berhadapan dengan aparat Myanmar.
Dalam gambar yang beredar, nampak sejumlah demonstran mengalami luka tembak dan keluarga meratapi mereka.
Direktur Burma Human Rights Network, Kyaw Win, menuturkan Tatmadaw sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan.
"Ini usdah bukan lagi bentuk penindakan terhadap massa. Mereka melakukan pembantaian," jelas Kyaw.
