Pamerkan Helm Tentara yang Tewas sebagai 'Piala' Perang, Armenia Mengutuk Azerbaijan
Yerevan menyerahkan wilayah Baku di bawah gencatan senjata yang didukung Rusia, yang dipandang di Armenia sebagai penghinaan nasional.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Armenia pada Selasa (13/4/2021) menuduh lawan bebuyutannya, Azerbaijan mengobarkan kebencian etnis dengan memamerkan helm tentara yang tewas selama perang di "taman piala".
Konflik yang berlangsung selama beberapa dekade atas sengketa wilayah Nagorno-Karabakh melutus menjadi perang habis-habisan pada September lalu, membunuh lebih dari 6.000 orang.
Perang Azerbaijan-Armenia selama 6 pekan berakhir pada November dengan kekalahan Armenia.
Yerevan menyerahkan wilayah Baku di bawah gencatan senjata yang didukung Rusia, yang dipandang di Armenia sebagai penghinaan nasional.
Pada Senin (12/4/2021), Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengunjungi "taman piala" yang memamerkan peralatan militer yang disita dari pasukan Armenia selama perang Azerbaijan-Armenia.
"Setiap orang yang mengunjungi taman piala militer akan melihat kekuatan tentara kami, akan melihat kemauan kami, dan betapa sulitnya mencapai kemenangan," kata Aliyev dalam pidato video yang dipublikasikan di situsnya, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (13/4/2021).
Baca juga: MENGENAL Little Blue Men: Militan Angkatan Laut China yang Tak Diakui
Baca juga: Alamak, Puluhan Pejabat di Inhu Riau Belum Laporkan Harta Kekayaan, Apa Sanksi yang Diberikan?
Baca juga: Kegiatan Anti-mainstream Tunggu Waktu Berbuka, Ngabubu-ride Istimewa Sambil Belajar Berkuda
Ratusan helm tentara Armenia yang tewas dalam perang dipajang di taman di Baku tengah serta boneka lilin pasukan Armenia.
Taman itu, yang akan segera dibuka untuk umum, memicu keributan di Armenia, dengan kementerian luar negeri negara itu menuduh Azerbaijan.
"Secara terbuka merendahkan ingatan para korban perang, orang hilang dan tawanan perang, serta melanggar hak dan martabat keluarga mereka," ungkap Kementerian Luar Negeri Armenia.
Kebencian institusional
"Azerbaijan akhirnya mengkonsolidasikan posisinya sebagai pusat intoleransi dan xenofobia global," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Ombudsman Armenia Arman Tatoyan mengatakan taman piala itu "bukti kebijakan genosida" yang "dengan jelas menegaskan kebencian institusional terhadap orang-orang Armenia di Azerbaijan."
Sentimen ini dibagikan oleh kebanyakan orang di ibu kota Armenia, Yerevan, di mana protes massal anti-pemerintah telah diadakan secara teratur terhadap keputusan Perdana Menteri Nikol Pashinyan.
Baca juga: Hari Ini PPKM Mulai Berlaku, Warga di RW Zona Merah Tidak Boleh Keluyuran Malam, Pengawasan Ketat
Baca juga: UPDATE Sidang Bahar bin Smith: Saya Tidak Menginjak, yang Benar Memukul
Baca juga: Hari Ini PPKM Mulai Berlaku, Warga di RW Zona Merah Tidak Boleh Keluyuran Malam, Pengawasan Ketat
Masyarakat Armenia tidak menyetujui gencatan senjata yang memalukan dalam perang Azerbaijan-Armenia. Protes yang tinggi membuat Pashinyan menetapkan pemungutan suara lebih cepat pada Juni.
"Ini adalah fasisme sejati," kata sejarawan berusia 41 tahun, Mher Barsegyan kepada AFP.