Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Di Australia, Pasien Covid-19 OTG & Gejala Ringan Hanya Diberi Paracetamol & Obat Batuk

penderita Covid-19 kategori OTG dan gejala ringan di negara itu juga hanya perlu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan istirahat yang cukup.

Penulis: | Editor: Firmauli Sihaloho
AFP/Ghenadie
Illustrasi Paracetamol untuk pasien Covid-19 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Apa obat yang dikonsumsi pasien Covid-19?

Berikut pendapat Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman.

Dia  mengatakan bahwa penderita virus corona (Covid-19) kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) dan gejala ringan tidak perlu khawatir hingga mengkonsumsi berbagai macam obat.

"Jangan khawatir, untuk yang tidak bergejala atau gejala ringan, sebetulnya tidak ada obat yang harus dikonsumsi macam-macam, nggak ada," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Selasa (6/7/2021).

Ia kemudian menyebut pola isolasi mandiri (isoman) yang dilakukan di Australia sebagai salah satu negara maju.

Warga Australia yang terinfeksi Covid-19 dengan kategori tidak bergejala maupun gejala ringan hanya memanfaatkan beberapa jenis obat seperti paracetamol dan obat batuk saja.

Perlu diketahui, paracetamol merupakan obat penurun demam dan pereda nyeri.

Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman.
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman. (dok pribadi)

Obat ini dikonsumsi karena Covid-19 umumnya akan memunculkan gejala awal seperti demam dan nyeri pada tubuh.

Selain mengkonsumsi paracetamol dan obat batuk, kata dia, penderita Covid-19 kategori OTG dan gejala ringan di negara itu juga hanya perlu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan istirahat yang cukup.

"Di negara maju, di Australia misalnya, yang dikonsumsi hanya paracetamol, obat batuk, makan, istirahat cukup, itu saja. Tidak ada yang macam-macam," kata Dicky.

Dicky menambahkan, jika ada perusahaan yang mengklaim bahwa produk obatnya 'anti Covid-19', pemerintah Australia akan mengambil tindakan tegas seperti menghentikan produksi, menarik obat dari pasar, hingga melarang izin edarnya.

Ini tentunya menjadi edukasi agar tidak ada informasi bias yang disampaikan kepada masyarakat di tengah pandemi ini.

"Sekali ada perusahaan yang nakal mengklaim itu, dihentikan produksinya, izin edarnya ditarik dulu, dilarang, mereka ditegur, ini jadi edukasi," tegas Dicky.

SUMBER

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved