Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Siap Rebut Lembah Panjshir, Taliban Bakal Perang Besar dengan Militan Afganistan

Gawat, bakal terjadi perang besar di Lembah Panjshir, Taliban berencana merebut wilayah tersebut dari Afganistan

Editor: Budi Rahmat
Ahmad SAHEL ARMAN / AFP
Milisi bersenjata Afghanistan yang mendukung pasukan keamanan Afghanistan melawan Taliban berdiri dengan senjata dan kendaraan Humvee mereka di daerah Parakh di Bazarak, provinsi Panjshir pada 19 Agustus 2021. 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Gawat, bakal terjadi perang besar di salah satu wilayah di Afganistan yakni di Lembah Panjshir.

Ratusan militan Taliban dilaporkan sudah bergerak ke wilayah tersebut.

Wilayah itu memang menjadi salah satu bagian kecil yang belum juga diserahkan pemerintah Afganistan kepada Taliban.

Ternyata di Lembah Panjahir berada para militan Afganistan, militer yang mundur dan warga sipil.

Mereka ini berencana akan melakukan perlawanan pada Taliban.

Baca juga: Bukan Taliban, AS Kini Takut dengan ISIS-K di Afganistan, Joe Biden Sebut Mereka Nyata

Bahkan di Lembah tersebut sudah ada pula pasukan khusus Afganistan.

Jumlah mereka dikatakan ada ribuan. Secara sadar berencana akan menyerang Taliban dan waktu yang lama.

Taliban sudah mengetahui wilayah tersebut dan meminta kepada Afganistan untuk menyerahkan secara baik-baik.

Namun pembicaraan yang dilakukan tidak pernah terealisasi hingga menjadikan Taliban memgambil langkah tegas

Taliban mengatakan "ratusan" militan sedang menuju ke Lembah Panjshir, salah satu dari sedikit wilayah Afghanistan yang belum dikendalikan Taliban.

Sejak Taliban menyerbu Afghanistan, perlawanan mulai muncul dengan beberapa mantan pasukan pemerintah berkumpul di Panjshir, utara Kabul, yang telah lama dikenal sebagai benteng anti-Taliban.

Baca juga: Miliki Kekuatan Tempur 9.000 Personel, Kelompok Gerilyawan Afganistan Siap Perang dengan Taliban

“Ratusan militan sedang menuju negara bagian Panjshir untuk mengendalikannya, setelah pejabat negara setempat menolak menyerahkannya secara damai,” tulis kelompok itu di akun Twitter berbahasa Arabnya pada Minggu (22/8/2021).

Sementara itu, Ahmad Massoud, yang pasukannya mengendalikan pertikaian besar anti-Taliban terakhir, mengatakan pada Minggu (22/8/2021) bahwa dia berharap ada pembicaraan secara damai dengan kelompok yang merebut kekuasaan di Kabul seminggu yang lalu, tetapi pasukannya siap untuk berperang.

“Kami ingin membuat Taliban menyadari bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah melalui negosiasi,” katanya kepada kantor berita Reuters melalui telepon dari kubunya di Lembah Panjshir.

Lembah Panjshir menjadi tempatnya mengumpulkan pasukan yang terdiri dari sisa-sisa unit tentara reguler dan pasukan khusus, serta pejuang milisi lokal.

“Kami tidak ingin perang pecah," katanya melansir melansir Al Jazeera.

Massoud, putra Ahmad Shah Massoud, salah satu pemimpin utama perlawanan anti-Soviet Afghanistan pada 1980-an, mengatakan para pendukungnya siap berperang jika pasukan Taliban mencoba menyerang lembah itu.

Baca juga: Mengejutkan, saat Amerika Serikat Tegas, Inggris Justru Ingin Buka Komunikasi dengan Taliban

“Mereka ingin membela, mereka ingin bertarung, mereka ingin melawan rezim totaliter mana pun.”

Namun, ada beberapa ketidakpastian tentang apakah operasi oleh militan Taliban telah dimulai.

Seorang pejabat Taliban mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa serangan telah diluncurkan di Panjshir.

Namun seorang ajudan Massoud mengatakan tidak ada tanda-tanda bahwa pasukan itu benar-benar memasuki celah sempit ke lembah dan tidak ada laporan pertempuran.

Sebuah video pendek menunjukkan barisan truk yang ditangkap dengan bendera putih Taliban, tetapi masih mempertahankan tanda pemerintah mereka bergerak di sepanjang jalan raya.

Dalam satu-satunya pertempuran yang dikonfirmasi sejak jatuhnya Kabul pada 15 Agustus, pasukan anti-Taliban merebut kembali tiga distrik di provinsi utara Baghlan, yang berbatasan dengan Panjshir, pekan lalu.

Baca juga: Pulang Ke Afghanistan, Pria Ini Tewaskan 100 Milisi Taliban, Ternyata Ia Anak Mujahidin Legendaris

Namun, Massoud mengatakan dia tidak mengorganisir operasi yang dia katakan dilakukan oleh kelompok-kelompok milisi lokal, yang bereaksi terhadap “kebrutalan” di daerah tersebut.

Massoud menyerukan pemerintah yang inklusif dan berbasis luas di Kabul yang mewakili semua kelompok etnis Afghanistan yang berbeda, dan mengatakan "rezim totaliter" tidak boleh diakui oleh masyarakat internasional.

(Tribunpekanbaru.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved