MUAK Lihat Korupsi di Negaranya, Pria Ini Berhenti jadi Menteri, Ia Memilih jadi Kurir
Gara-gara Muak melihat korupsi di negaranya, pria ini mundur dari jbatan menteri. Ia pilih bekerja sebagai kurir pengantar makanan
TRIBUNPEKANBARU.COM- Dulu seorang menteri, kini bekerja sebagai pengantar makanan. Siapa sangka pria ini malah tidak malu sama sekali.
Ia bahkan menikmati pekerjaan. menurutnya, jika memang datang waktunya ada penggilan, ia siap mengantarkan pesanan.
Padahal ia adalah sosok menteri sebelumnya. Namun, ia mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya itu.
Sebagai pejabat tentu ia memiliki gengsi yang tinggi. Apalagi untuk sekelas menteri.
Baca juga: Putus Asa dan Tak Percaya Janji Taliban, Wanita Afganistan Pilih Mengungsi
Tetapi, tidak dengan pria ini. Ia malah menikmati pekerjaannya yang baru.
Tidak ada rasa malu. Yang penting ia mendapatkan bayaran yang bisa untuk mencukup kebutuhan bulanan termasuk kontrak tempat tinggalnya.
Siapakah menteri tersebut dan apa pekerjannya.
Dia pernah menjadi seorang menteri di Afghanistan. Namun dia berhenti, muak dengan korupsi yang dilihatnya.
Setelah memutuskan pindah ke Jerman, Sayed Sadaat mencari nafkah dengan menjadi seorang pengantar makanan.
Sadaat bekerja selama enam jam di hari kerja, dan mulai mengantarkan makanan mulai siang hingga pukul 22.00 di akhir pekan.
"Bersenjatakan" jaket oranye, sepeda kayuh, dan tas besar, dia mengantarkan baik makanan maupun barang kebutuhan lain.
"Tidak perlu malu melakukannya. Kerja ya kerja. Jika terdapat pekerjaan, maka ada permintaan. Seseorang harus melakukannya," kata Sadaat seperti dikutip dari Kompas.com.
Sayed Sadaat merupakan satu dari ribuan orang Afghanistan yang menemukan hidup mereka di Jerman dalam beberapa tahun terakhir.
Sejak 2015, ketika Eropa dibanjiri pengungsi dari Irak dan Suriah, 210.000 orang Afghanistan mencari suaka di "Negeri Bir".
Kini dengan kembalinya Taliban ke kekuasaan, Jerman mengevakuasi 4.000 Afghanistan, termasuk yang sudah membantu mereka.
"Demi keuntungan pribadi"
Dilansir AFP Senin (30/8/2021), perjalanan Sadaat ke "Negeri Bir" jauh lebih mengerikan. Dia merupakan menteri komunikasi dari 2016 sampai 2018.
Baca juga: Bukan Salah AS, Parahnya Korupsi di Afganistan yang Sebabkan Militernya tak Berkutik Hadapi Taliban
Tetapi pria berusia 50 tahun tersebut memutuskan mengundurkan diri karena muak dengan korupsi yang dia lihat di pemerintahan.
Sadaat mengungkapkan ketika mengemban jabatannya, terdapat perbedaan antara lingkaran dalam presiden dengan dirinya.
Dia mengatakan membutuhkan dana yang disiapkan negara untuk digunakan bagi kepentingan publik. Namun tidak dengan pejabat lainnya.
"Mereka menginginkan keuntungan pribadi. Saya tak bisa memenuhi keinginan mereka, jadi mereka mencoba menyingkirkan saya," kata dia.
Setelah mengundurkan diri, dia sempat mengambil pekerjaan sebagai konsultan telekomunikasi. Namun pada 2020, situasi keamanan di sana memburuk.
Pemilik paspor Inggris dan Afghanistan, dia mencari suaka di Jerman pada akhir 2020 sebelum Brexit resmi diterapkan.
Dia menuturkan sebenarnya dia bisa saja mendapatkan perlindungan di Inggris. Namun, dia melihat ada peluang di "Negeri Bir".
Namun tidak menguasai bahasa setempat, Sadaat yang awalnya datang sendiri mengaku kesulitan mencari pekerjaan.
Sempat tertunda sejak wabah Covid-19 menghantam, Sadaat mengatakan dia mengambil kelas bahasa Jerman selama empat jam setiap harinya.
Baca juga: Sosok Misterius yang Disebut Pimpinan Tertinggi Taliban, Sudah di Afganistan tapi tak Mau ke Luar
Tidak hanya itu. Dia juga mengambil pekerjaan sebagai pengantar makanan untuk perusahaan pengantaran Lieferando.
Per jam, dia mengantongi bayaran 15 euro (Rp 254.090). Cukup untuk pengeluaran bulanan, termasuk biaya sewa apartemen.
Sadaat berujar, dia tidak menyesal datang ke Jerman. Dia mengatakan sempat kesulitan, tapi kini dia sudah terbiasa.
Bahkan setiap bulannya, dia bisa melahap jarak hingga 1.200 km. "Saya melakukannya hingga mendapat pekerjaan lain," tuturnya.
Dia menjelaskan peluangnya makin terbuka Jerman setelah AS dan sekutunya di NATO (Jerman sebagai anggota) menarik diri dari Afghanistan.
Dia mengeklaim bisa menjembatani pemerintahan setempat dengan pengungsi, meski sampai saat ini belum menerima tawaran.
Sementara untuk Taliban, dia berkata kelompok tersebut mungkin sudah belajar dari masa lalunya ketika digulingkan pada 2001.
Meski begitu, Sadaat meminta kepada komunitas internasional untuk tidak berhenti memberikan dukungan kepada negaranya.
(Tribunpekanbaru.com)
