PBB Terbitkan Resolusi, Taliban Wajib Berkomitmen Bahwa Warga Dapat Bebas Keluar dari Afghanistan
Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi pada Senin (30/8/2021) yang mengharuskan Taliban untuk menghormati komitmen mereka
Penulis: Firmauli Sihaloho | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi pada Senin (30/8/2021) yang mengharuskan Taliban untuk menghormati komitmen mereka untuk membiarkan orang bebas meninggalkan Afghanistan.
Kendati demikian dalam resolusi dewan keamanan PBB tersebut tidak disebutkan mengenai zona aman di Afghanistan.
Resolusi ini dirancang oleh Amerika Serikat, Inggris dan Prancis disahkan dengan 13 suara setuju dan tidak ada keberatan. China dan Rusia abstain.
Resolusi itu mengatakan dewan keamanan PBB mengharapkan Taliban untuk mengizinkan "keberangkatan yang aman, terjamin, dan tertib dari Afghanistan bagi warga Afghanistan dan semua warga negara asing"
Ini mengacu pada pernyataan 27 Agustus oleh Taliban di mana kelompok garis keras itu mengatakan bahwa warga Afghanistan akan dapat melakukan perjalanan ke luar negeri, dan meninggalkan Afghanistan kapan saja mereka mau, termasuk melalui penyeberangan perbatasan, baik udara maupun darat.
Dewan Keamanan PBB berharap Taliban mematuhi resolusi ini dan memegang seluruh komitmen yang telah mereka sampaikan.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah meningkatkan harapan akan proposal yang lebih konkret.
Ia menyampaikan hal itu dalam komentar yang diterbitkan di media mingguan Journal du Dimanche akhir pekan lalu.
Dia mengatakan Paris dan London akan mempresentasikan rancangan resolusi yang "bertujuan untuk mendefinisikan, di bawah kendali PBB, sebuah 'zona aman' di Kabul, yang akan memungkinkan operasi kemanusiaan berlanjut", kata Macron
"Saya sangat berharap ini akan berhasil. Saya tidak melihat siapa yang akan menentang membuat proyek-proyek kemanusiaan aman," lanjutnya.
"Resolusi ini bukan aspek operasional. Ini lebih pada prinsip, pesan politik utama, dan peringatan," kata seorang diplomat PBB kepada wartawan.
Richard Gowan, pakar PBB di International Crisis Group, mengatakan resolusi itu "setidaknya mengirim sinyal politik kepada Taliban tentang perlunya menjaga bandara tetap terbuka dan membantu PBB memberikan bantuan,"
"Macron bersalah karena menjual gagasan zona aman di bandara Kabul akhir pekan ini, atau setidaknya tidak berkomunikasi dengan sangat jelas," katanya kepada AFP.
Deadline Selasa
Teks Resolusi Dewan Keamanan PBB tersebut menyerukan agar Taliban mengizinkan "akses penuh, aman, dan tanpa hambatan" bagi PBB dan badan-badan lain untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
