Disuntik Vaksin, Selandia Baru Laporkan Kematian Pertama Terkait Vaksin Pfizer
wanita Selandia Baru yang meninggal, disebut mengalami komplikasi dengan miokarditis yang diyakini para ahli dipicu oleh Pfizer.
TRIBUNPEKANBARU.COM -Selandia Baru melaporkan kematian pertama terkait vaksin Covid-19 Pfizer.
Peristiwa itu disampaikan Otoritas kesehatan masyarakat di Selandia Baru.
Korban tersebut seorang wanita.
Dia disebut meninggal pasca-menerima vaksin.
“Ini adalah kasus pertama di Selandia Baru di mana kematian pada hari-hari setelah vaksinasi dikaitkan dengan vaksin Pfizer Covid-19,” kata kementerian kesehatan dalam sebuah pernyataan dilansir Reuters,
Di sisi lain, Pfizer adalah satu-satunya vaksin yang saat ini tersedia di Selandia Baru, sementara Janssen (Johnson & Johnson) dan AstraZeneca, sedang menunggu peluncuran di sana.
Ketiganya sudah mendapat persetujuan pemerintah.
Baca juga: Kronologi Berbeda Ayu Thalia Thata Anma dengan Pengacara Nicholas Sean Kasus Dugaan Penganiayaan
Baca juga: Yahya Waloni Ditangkap, Kini Giliran Akun Youtube Ini Ditelusuri Bareskrim Polri
Sementara itu, wanita Selandia Baru yang meninggal, disebut mengalami komplikasi dengan miokarditis yang diyakini para ahli dipicu oleh Pfizer.
Wanita itu, yang usianya tidak dipublikasikan, meninggal karena komplikasi akibat miokarditis, atau radang otot jantung.
Efek samping vaksin Pfizer ini jarang terjadi, kata kementerian itu.
Penyakit tersebut menyebabkan otot jantung menebal sehingga membatasi kemampuan organ untuk memompa darah dan menjaga ritme.
Pfizer mengakui risiko marginal yang terkait dengan vaksin mereka, yang mencakup anafilaksis alergi.
Baca juga: Warga Pekanbaru Sudah Tahu Belum? Bayar PBB Sudah Bisa Lewat e-Commerce Lho, Ini Rinciannya
Baca juga: Mau Bepergian Naik Pesawat? Ada Syarat Terbaru Naik Pesawat di Jawa-Bali,Tak Perlu Tes PCR Jika. . .
“Pfizer menangani kejadian buruk yang berpotensi terkait dengan vaksin kami dengan sangat serius,” kata produsen obat tersebut kepada Reuters.
“Kami memantau dengan cermat semua peristiwa semacam itu dan mengumpulkan informasi yang relevan untuk dibagikan dengan otoritas pengatur di seluruh dunia,” tambahnya.
Mereka menambahkan bahwa faktor kesehatan lain dapat memicu komplikasi bagi korban.